Surabaya (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan dirinya hingga kini belum bisa memastikan penyebab semburan lumpur di sekitar Sumur Banjar Panji I, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. "Saya belum bisa menjawab sekarang apakah karena `human error` atau `technical error` ataukah melanggaar hukum dan sebagainya. Biarkan aparat yang menyelidiki, silakan saja siapa yang bersalah mendapatkan `punishment` sesuai dengan kesalahannya," ujar Purnomo di Surabaya, Senin. Purnomo mengemukakan hal itu usai Rakor Menanggulangi Lumpur, di Gedung negara Grahadi Surabaya, Senin, antara Departemen ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup, Muspida Jatim, Sidoarjo, BP Migas, PT Lapindo Brantas Inc, ITS Surabaya dan tim independen. Rakor dihadiri Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Deputi Kementerian LH, Gempur Adnan, Kepala BP Migas, Wardaya Karnika, General Manajer Lapindo Brantas, Imam Agustino, Gubernur Jatim, Imam Utomo, Wabup Sidoarjo, Syaiful Ilah dan Rektor ITS Prof Dr Muhammad Nuh DEA dan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Syamsul Mapareppa, Kajati Jatim, MS Rahardjo. "Tugas kami sekarang adalah menghentikan semburan itu, kedua mengelola lumpur yang sekarang ada di permukaan sampai akhir Juli, kalau tidak bisa sampai semburannya mati sekurang-kurangnya pertengahan September kemudian dampak sosialnya," katanya. Dia mengharapkan unit yang dibentuk untuk menghentikan semburan lumpur dan air itu dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. "Hitungan kami sampai akhir Juli bisa diselesaikan dengan baik. Kalau sampai akhir Juli tetap keluar, akan disiapkan kolam-kolam yang bisa menampung lumpur dan air," katanya. Purnomo mengatakan pihaknya akan melakukan ekspansi yang lebih luas untuk membuat kolam yang disiapkan sampai unit itu selesai bekerja hingga akhir Juli nanti. "Selama masa itu ada tahap tanggap darurat yang harus dilaksanakan, terutama penanganan terhadap pengungsi dan masyarakat sekitar dan sebagainya," katanya. Menurut menteri pekerjaan tim tersebut adalah pekerjan 9.000 feet di bawah permukaan laut atau sekitar 3.000 meter di bawah permukaan laut "Ini bukan pekerjaaan gampang sehinggga kami menyiapkkan alternatif lain yang dinamakan `relief well` atau pengeboran miring yang biasa dilakukan untuk menghentikan semburan lumpur," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006