Site visit terkait aset dan kunjungan ke lapangan JTB ini merupakan salah satu pelaksanaan tugas dan fungsi BPH Migas dalam kegiatan usaha pengangkutan gas bumi melalui pipa, antara lain menetapkan tarif. “Kegiatan ini merupakan bagian dari proses klarifikasi dan verifikasi dalam penetapan tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa (toll fee) dan penyesuaian Hak Khusus yang telah ditetapkan sebelum pembangunan selesai,” kata Anggota Komite BPH Migas Wahyudi Anas dalam kesempatan tersebut.
Wahyudi melanjutkan, kunjungan lapangan ini bertujuan untuk memastikan bahwa fasilitas milik Pertamina Gas selaku transporter gas bumi sesuai dengan dokumen yang telah disampaikan kepada BPH Migas.
Ruas pipa Gresem merupakan pipa Transmisi berdiameter 28 inchi sepanjang 275 KM dan memiliki fasilitas pendukung Stasiun GRE di Gresik, Receiving Facility (RF) Cepu, Offshore Receiving Facility (ORF) Tambak Rejo Semarang, serta beberapa lokasi Land Brake Control Valve (LBCV) yang terpasang di sepanjang jalur ruas transmisi Gresik-Semarang, seperti LBCV 001 (KP16), LBCV 002 (KP32) dan LBCV 17 (KP259).
Dalam rangkaian peninjauan tersebut, Komite BPH Migas juga mengunjungi lapangan JTB yang merupakan salah satu sumber gas terbesar hingga mencapai 192 MMSCFD, yang akan dialirkan melalui ruas pipa Gresem. Di lapangan gas yang dioperasikan oleh Pertamina EP Cepu ini, terdapat fasilitas receiving facility milik Pertagas yang akan menjadi titik terima pengaliran gas dari Lapangan JTB, untuk selanjutnya diangkut melalui pipa ruas transmisi Gresem yang akan terkoneksi dengan pipa transmisi ruas Semarang-Batang untuk melayani kebutuhan gas bumi pada konsumen di Semarang, Kendal, Batang, dan Demak, serta Jawa Timur yang terintegrasi dengan pipa ruas transmisi East Java Gas Pipeline (EJGP).
Operasional pengangkutan gas bumi pada Ruas Pipa Gresem dari Lapangan Gas JTB mulai dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 untuk alokasi Gas PLN Tambak Lorok, PLN PJB Gresik dan Petro Kimia Gresik.
“Kunjungan ke lapangan JTB dilaksanakan sebagai upaya sinergi antara hulu dan hilir migas. BPH Migas perlu memastikan kemampuan suplai gas bumi yang akan masuk ke ruas transmisi Gresik-Semarang yang akan segera ditetapkan tarif pengangkutannya (toll fee) oleh BPH Migas,” ungkap Wahyudi.
Kepastian pasokan gas bumi yang akan dialirkan melalui ruas pipa Gresem merupakan hal yang penting bagi transporter karena menjadi salah satu penentu dalam parameter perhitungan tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa.
Komite BPH Migas Iwan Prasetya Adhi menambahkan terkait adanya rencana integrasi pipa gas bumi dari Arun di Sumatera sampai Jawa Timur. “Memerlukan integrasi data dari hulu ke hilir dalam penyaluran gas bumi di Indonesia dalam rangka pengaturan dan pengawasan kegiatan usaha gas bumi,” imbuh Iwan.
Pertamina EP Cepu menyambut baik kunjungan BPH Migas sebagai upaya menjembatani kebutuhan hulu dan hilir migas. Disampaikan, saat ini pengaliran gas dari lapangan JTB sekitar 70-90 MMSCFD. Namun, dalam waktu dekat akan dilakukan uji coba peningkatan performance produksi dengan target 192 MMSCFD.
Hal senada diutarakan Kepala Pokja UPP JTB Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Feby Nurahmad Raharja terkait pelaksanaan performance test. “Dalam jangka pendek, direncanakan dilaksanakan performance test sebagai uji coba peningkatan produksi gas bumi sebesar 192 MMSCFD,” jelasnya.
Dalam kunjungan tersebut, tampak hadir mendampingi Anggota Komite BPH Migas, Sr. Manager Project Pertamina EP Cepu Eki Primudi dan Analyst Senior UPP JTB SKK Migas Maruahal Sihombing.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023