"Indonesia masih dalam posisi 'on the track' dan jauh daripada masuk dalam perangkap pertumbuhan kelas menengah yang stagnan," kata Hatta Rajasa saat menyampaikan pandangan dalam kuliah umum bertema "Kelas Menengah, Bisnis, dan Politik" di Auditorium UGM Yogyakarta, Jumat (8/3).
Dalam keterangan tertulisnya, Hatta mengatakan, kendati demikian yang tetap diwaspadai agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut jangan sampai terjebak pada pendapatan kelas menengah yang stagnan (middle income trap) seperti yang dialami negara-negara berkembang lainnya di belahan dunia.
Menurut Hatta, saat ini Indonesia masuk dalam kategori 16 peringkat dunia dan masuk dalam kelompok G20.
"Salah satu pemicu tumbuhnya perekonomian Indonesia itu adalah semakin meningkatnya jumlah kelas menengah setiap tahunnya. Bahkan, pada 2030 diprediksikan jumlah kelas menengah Indonesia akan mencapai 135 juta orang," katanya.
Namun, patut diakui, bahwa peningkatan jumlah kelas menengah di Indonesia itu belum diimbangi dengan kontribusi nyata kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan masih terfokus di wilayah perkotaan.
"Tentu ini suatu tantangan bagi kita semua untuk meminimalisir kesenjangan tersebut yang dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang stagnan ke depan," ujarnya.
Menyikapi hal tersebut, kata Hatta, Pemerintah sekarang giat melaksanakan program Master Plan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Salah satunya, mendorong terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di perdesaan.
"Bank Dunia mengindikasikan negara-negara yang gagal dari tahun 60-an sampai 2008 akibat dari tiga hal, pertama pembangunan infratsruktur yang gagal, kemandirian pangan dan social protection. Tiga hal ini yang saat ini menjadi program utama bagi pemerintah Indonesia,” jelasnya.
Sementara itu, pakar ekonomi UGM Yogkakarta, Sri Adiningsih mengatakan, perangkap negara kelas menengah merupakan ancaman yang patut diwaspadai oleh Indonesia ke depan. Sejumlah tantangan yang patut diwaspadai ke depan adalah ketimpangan pendapatan antarkelompok penduduk, kualitas manusia yang masih rendah, serta daya saing internasional yang juga masih rendah.
"Saya tentu berharap Indonesia ke depan dapat menjadi negara besar, maju, tidak kalah dengan negara-negara tetangganya," katanya.
(*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013