Selain kolesterol, kadar trigliserida yang dimiliki orang yang bersikap optimis, juga cenderung lebih rendah. Trigliserida adalah molekul lemak yang dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah.
Para ilmuwan berpendapat bahwa salah satu alasannya adalah, karena orang yang optimi cenderung memiliki berat badan yang ideal serta pola makan yang lebih sehat.
Orang dengan skor optimisme tinggi juga memiliki high-density lipoprotein (HDL) yang lebih tinggi. HDL merupakan kolesterol baik yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melindungi jantung.
"Ini merupakan bukti tambahan yang menunjukkan bahwa kesehatan psikologis dan kesehatan fisik saling terkait, dan sikap optimis memiliki manfaat nyata bagi kesehatan kita," kata ketua tim penelitian, Julia Boehm, sebagaimana dikutip dari DailyMail.
Pada penelitian sebelumnya, Boehm bersama koleganya telah berhasil menunjukan hubungan antara optimisme dengan menurunnya risiko serangan jantung. Mereka lalu memutuskan untuk melihat apakah ada hubungan antara optimisme dengan kolesterol jahat, yang merupakan salah satu faktor risiko serangan jantung.
Para ilmuwan dari Harvard juga pernah mencoba meneliti faktor lain dari penyebab tingginya kadar kolesterol jahat. Saat mereka memperhitungkan gaya hidup termasuk pola makan, konsumsi alkohol, dan berat badan, koneksi antara optimisme dengan kolesterol menjadi semakin melemah.
Itu menunjukkan bahwa orang yang optimis cenderung untuk memiliki gaya hidup sehat dan memiliki perbedaan zat lemak yang tidak larut dalam air (lipid).
(M048)
Penerjemah: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013