Tokyo (ANTARA) - Surat kabar Jepang Asahi Shimbun melaporkan bahwa untuk pertama kalinya militer AS mengakui terjadinya kebocoran busa pemadam kebakaran di Pangkalan Udara Yokota.
Insiden tersebut terjadi pada Januari 2010, serta pada Oktober dan November 2012, melibatkan insiden kebocoran yang berasal dari kontainer dan drum penyimpanan, menurut laporan berita tersebut.
Militer AS mengklaim bahwa tidak teridentifikasi adanya kebocoran lain di luar pangkalan itu, meskipun mereka belum memberikan informasi detail mengenai seberapa parah kebocoran tersebut.
Pengungkapan insiden ini datang melalui dewan penghubung yang terdiri dari pemerintah setempat dan kota-kota di sekitar Pangkalan Udara Yokota, yang menerima informasi melalui Kementerian Pertahanan Jepang dan mengumumkannya ke publik pada Rabu (5/7).
Pada hari yang sama, dewan penghubung meminta pemerintah nasional untuk melakukan penyelidikan mengenai dampak terhadap air tanah, serta memberikan informasi detail mengenai lokasi dan kuantitas dari insiden kebocoran tersebut.
Di wilayah Tama, lokasi pangkalan tersebut berada, peningkatan kadar zat kimia beracun PFAS terdeteksi di beberapa sumur yang digunakan untuk air minum.
Meskipun belum diketahui sepenuhnya sejauh mana efek kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh PFAS, sekelompok warga melakukan tes darah terhadap 650 penduduk yang dimulai pada 2022. Hasilnya, 55 individu di antaranya memiliki konsentrasi PFAS yang melebihi standar luar negeri yang dianggap sebagai indikasi risiko kesehatan.
Insiden-insiden kebocoran di Pangkalan Udara Yokota memicu kekhawatiran di kalangan penduduk dan otoritas setempat terkait potensi pencemaran air tanah dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
Diharapkan ada investigasi dan langkah-langkah lebih lanjut untuk mengatasi masalah ini dan memastikan keamanan area-area yang terdampak.
Pewarta: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023