Indonesia setuju perdagangan bebas (free trade), tapi Indonesia lebih suka perdagangan yang adil (fair trade)."
Budapest (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan jika setiap negara memiliki keberpihakan kepada para petani sekalipun meluasnya kampanye antiproteksi.
"Memang ada peraturan WTO mengenai antiproteksi. Dan di G20 setiap kita bertemu selalu dikabarkan kita antiproteksi. Tapi kalau praktek negara manapun selalu ada keberpihakan pada negaranya sendiri. Kalau bidang pertanian, keberpihakan pada petani di negaranya. Oleh karena itu bisa saja ada konflik, benturan atau perselisihan," kata Presiden Yudhoyono di Budapest, Kamis malam.
Hal itu dikemukakan oleh Presiden Yudhoyono saat menjawab pertanyaan mengenai perselisihan pembatasan impor hortikultura dengan Amerika Serikat.
Komoditas pangan itu, menurut Presiden, banyak mengalami distorsi sehingga dalam situasi seperti ini, yang untung pedagang sementara petani dirugikan.
Oleh karena itu, tambah Presiden, Indonesia berkomitmen untuk melindungi petaninya sendiri.
"Indonesia setuju perdagangan bebas (free trade), tapi Indonesia lebih suka perdagangan yang adil (fair trade)," katanya,
Mengenai penyelesaian perselisihan itu, Presiden berharap dapat diselesaikan di tingkat bilateral atau melalui mekanisme forum yang ada, misal forum WTO (Organisasi Perdagangan Dunia).
"Kita berharap bisa mencari solusinya dengan baik dengan menggunakan mekanisme bilateral atau melalui WTO," katanya.
Sementara itu laporan media menyebutkan jika pemerintah Indonesia hanya memberi ijin impor tujuh komoditas hortikultura, buah, dan sayur sehingga sekitar 13 produk hortikultura lainnya dilarang masuk sementara. Kebijakan membatasi pelabuhan impor hortikultura itu diberlakukan secara umum, tidak menyasar negara tertentu.
Delegasi Kementerian Perdagangan Indonesia dan Amerika Serikat telah berunding di Jakarta, Februari lalu namun belum menyepakati suatu penyelesaian sehingga diskusi dilanjutkan Maret 2013. (ANT)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013