Palembang (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan sikap dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah sangat penting bagi pasangan untuk mempertahankan kehidupan rumah tangga.
“Saya kira di sini saya ingin mengatakan pada kelas pra nikah ini bahwa kedewasaan ini penting, karena terkadang kita terlanjur (berusia) tua, tapi tidak dewasa. Tua itu keniscayaan, tapi dewasa itu butuh perjuangan. Menikah itu butuh perjuangan,” kata Hasto saat memberikan materi di Kelas Pra Nikah dan Pemeriksaan Kesehatan Catin di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu.
Hasto menuturkan sikap dewasa dalam membangun rumah tangga bisa ditandai dengan cara mengelola dan mengekspresikan emosi terhadap pasangan. Dalam hal ini, pasangan bisa memilih untuk mengkomunikasikan tiap masalah atau perselisihan dibanding meluapkan amarah dengan menggebu-gebu.
Sikap yang dewasa selanjutnya yang mampu menopang kehidupan berumah tangga yaitu saling memahami dan memaklumi adanya perbedaan sifat maupun pola pikir. Dengan memaklumi dan bekerja sama mencari jalan tengah, pasangan dapat terhindar dari perselisihan yang berujung petaka.
Ia membeberkan alasan banyak pasangan kelompok usia 20 sampai 24 tahun dengan usia pernikahan belum genap lima tahun melakukan perceraian karena pertengkaran yang sekitar 60 persen disebabkan oleh masalah kecil yang sebenarnya bisa dibicarakan baik-baik.
Berdasarkan laporan Statistik Indonesia 2023, kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus pada 2022 atau naik dibanding tahun 2021 yang hanya 447.743 kasus.
Baca juga: Pemerintah tingkatkan kualitas pembekalan pranikah
“Fenomena ini merupakan akibat pernikahan yang dilakukan pada usia muda sehingga belum siap dalam menjalani kehidupan berkeluarga. Kondisi ini juga mengindikasikan banyaknya pasangan muda yang belum memperhatikan kesiapan menikah dalam membangun sebuah keluarga. Jangan sedikit-sedikit lapor ke KUA, sedikit-sedikit pengadilan agama,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu Hasto turut menyampaikan kedewasaan juga terlihat dari bagaimana pola pikir keluarga dalam memikirkan cara membangun keluarga yang sehat.
Ia menyayangkan kemampuan calon pasangan pengantin lebih banyak difokuskan pada mencari gedung untuk menikah, makanan katering yang murah, hingga foto pra nikah.
Sementara pemeriksaan kesehatan seperti cek hemoglobin dalam darah, berat badan, cek lingkar lengan atas, hingga menjaga pola makan sehat dengan gizi seimbang justru lebih sering diabaikan.
Hasto berharap semua pasangan dapat mulai mengubah kebiasaan buruk itu dan mempelajari pentingnya komunikasi untuk membangun pola pengasuhan yang baik bagi anak-anaknya pada masa depan.
“Kalau kita ingin keluarga kita selamat (tidak cerai atau anak jadi stunting), kita sebagai pasangan harus mengenal sebuah roadmap to the death (jalan menuju kematian)-nya harus seperti apa. Misalnya kalau mau punya keluarga sakinah, mawadah, warahmah, maka keluarga harus tahu bagaimana caranya supaya terhindar dari broken home misalnya, itu harus kita kenal,” katanya.
Baca juga: Presiden tekankan pentingnya pencegahan stunting sejak masa pra-nikah
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023