Jakarta (ANTARA News) - PT PLN (Persero) gagal menghemat Rp1,6 triliun per tahun karena mekanisme pertukaran pasokan gas Lapangan Gajah Baru, Natuna, ke PLTGU Muara Tawar, Bekasi, belum berjalan.
Menurut Kepala Divisi BBM dan Gas PLN, Suryadi Mardjoeki, di Jakarta, Kamis, saat ini PLTGU Muara Tawar terpaksa memakai bahan bakar minyak yang lebih mahal dibandingkan gas.
Ia berharap, mekanisme pertukaran gas dari Gajah Baru ke PLTGU Muara Tawar segera berjalan sehingga biaya operasi PLN bisa lebih dihemat.
Menurut dia, mekanisme pertukaran gas Gajah Baru sedianya ditujukan untuk menunjang operasi Muara Tawar saat beban puncak.
Ia menambahkan, kebutuhan gas Muara Tawar saat beban puncak mencapai 80 juta kaki kubik per hari namun yang tersedia hanya 20-30 MMSCFD sehingga kurang 50-60 MMSCFD.
"Kalau gas swap Gajah Baru masuk optimal, maka kekurangannya tinggal 10-20 MMSCFD," katanya.
Sementara kebutuhan gas Muara Tawar di luar beban puncak, yang menurut dia, sebesar 125 MMSCFD sudah terpenuhi.
Mekanisme pertukaran gas ke Muara Tawar belum berjalan karena fasilitas penerima gas (Onshore Receiving Facilities/ORF) yang dibangun PT PGN Tbk di Muara Bekasi hingga kini belum selesai.
PGN menargetkan penambahan kapasitas ORF selesai Mei 2013.
Kontrak pertukaran gas tersebut dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik tertanggal 26 Oktober 2011.
Penerapan mekanisme itu membebaskan pemerintah dari kewajiban membayar penalti Rp5 miliar per hari serta mendapat tambahan pendapatan negara Rp5,4 triliun per tahun dan menghemat biaya operasi PT PLN (Persero) Rp3 triliun.
Saat ini baru mekanisme swap gas ke Singapura yang berjalan, sehingga keuntungan yang didapat baru berupa pembebasan penalti dan tambahan pendapatan.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013