Jakarta (ANTARA) - Desainer asal Jepang Shingo Sato mengatakan bahwa teknik rekonstruksi transformasional (transformational reconstruction/TR) merupakan metode yang digunakan dalam membuat pola pakaian tanpa pengukuran.
Teknik tersebut dikembangkan oleh Sato selama 30 tahun. Teknik TR, kata Sato, adalah sebuah pendekatan yang sangat berbeda dari metode konvensional.
"Saya telah mengembangkan teknik ini selama 30 tahun, dan menampilkan koleksi pribadi di Milan, Paris," kata Sato dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Rabu.
Dibanding dengan teknik pemotongan busana lainnya, menurut dia, perbedaan besarnya adalah membuat volume tanpa perhitungan matematis seperti pembuatan pola pada umumnya.
Teknik TR adalah teknik yang intuitif untuk desain couture. Meski begitu para desainer yang masih pemula juga bisa mengikutinya.
"Teknik TR dan teknik Origami sudah masuk ke dalam industri fashion para desainer couture di seluruh dunia," ujar Sato.
Baca juga: Dekranasda harap Aceh menjadi pusat fesyen muslim nusantara
Dalam rekam jejaknya, Sato sudah mengenalkan dan menggelar lokakarya (workshop) teknik TR di sekolah-sekolah fesyen terkemuka seperti Burgo Italia, Burgo Meksiko, Parsons New York, dan Central Saint Martin London, serta sekolah lainnya di lebih dari 30 negara di dunia mulai dari Jepang hingga Italia.
"Saya telah mengajar selama 15 tahun di seluruh dunia di sekitar 30 negara, dan menggunakan 6 bahasa untuk workshop saya seperti Italia, Spanyol, Portugis, Perancis, Inggris, Jepang," kata dia.
Setelah berkeliling ke berbagai negara, kali ini secara perdana, Sato mengadakan lokakarya di Jakarta pada 5-7 Juli 2023. Lokakarya berlangsung di studio Burgo Indonesia di The Plaza Office tower, Level 45 Unit B, Jakarta Pusat.
Selama tiga hari lokakarya tersebut, Sato tidak hanya mengajarkan teknik TR melainkan juga teknik Origami serta teknik unik lainnya yang disebut teknik Moulage.
"Saya berharap publik akan terinspirasi oleh pendekatan baru untuk membuat desain volume 3D, untuk diintegrasikan ke dalam kreativitas mereka," ujar Sato.
Lokakarya bersama Sato di Indonesia ini tak lepas dari dukungan Burgo Indonesia yang memiliki hubungan erat sesama Burgo Internasional. Burgo Indonesia terhubung langsung dengan Burgo Milan yang membuka kesempatan-kesempatan untuk mengenal dan meyakinkan master-master terbaik di bidang fesyen untuk datang ke Indonesia.
Baca juga: "Sinergi" gambarkan ikatan kuat ibu dengan anak lewat busana
Pendiri Istituto di Moda Burgo Indonesia Jenny Yohana Kansil mengatakan pihaknya selalu ingin menghadirkan para ahli di bidangnya serta metode atau teknik baru dalam pengembangan diri dan kapasitas para desainer.
"Biasanya tiap tahun kami menghadirkan Biagio Belsito, professor di Burgo Milan yang pernah bekerja di fashion house terkemuka seperti Dolce Gabbana dan Valentino," ujar Jenny.
"Lalu, Lusine Takhverdyan yang merupakan alumni sekolah fashion Lessage Paris dan masih bekerja di Channel. Shingo Sato adalah salah satu dari para ahli itu saat ini,” imbuh dia.
Jenny mengatakan lokakarya bersama Shingo Sato di Jakarta ini juga menjadi bagian dari perayaan 12 tahun Burgo Indonesia. Lokakarya terbuka untuk publik, calon desainer busana, dan siapapun yang ingin mendalami teknik pemotongan busana TR.
Untuk gelaran lokakarya atau master class kali ini, Burgo Indonesia juga berkolaborasi dengan Plaza Indonesia dengan melibatkan jenama lokal yang akan ikut serta sebagai peserta workshop. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam memberdayakan label untuk bisa ikut bersaing di tingkat global.
Baca juga: Tokopedia Fashion Week hadir lagi dukung industri fesyen dalam negeri
Baca juga: Calla the Label bersama Andien kenalkan koleksi kolaborasi terbaru
Baca juga: Yusuf hadirkan karya dengan metode baru di dunia fesyen
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023