"Upaya cegah sakit dengan melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat, utamanya menjaga kebersihan lingkungan seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus, yakni menguras, menutup dan mendaur ulang," kata Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Ngabila Salama saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Sesuai anjuran Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pihaknya juga menganjurkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).
Selain itu, pencegahan sakit juga bisa dengan menyemprot rumah atau memakai pembasmi nyamuk pada pagi dan sore hari waktu nyamuk Aedes aegypti aktif serta memelihara ikan dan tanaman yang dibenci nyamuk seperti sereh dan lavender.
Terkait upaya mencegah keparahan penyakit DBD, masyarakat diimbau untuk memeriksakan diri jika mengalami sakit agar dilakukan pemeriksaan darah lengkap atau pemeriksaan cepat DBD NS1 untuk mendiagnosis DBD secara cepat.
Baca juga: Dinkes DKI minta masyarakat perkuat pencegahan DBD
Baca juga: Anggota DPRD DKI minta pemprov antisipasi lonjakan kasus DBD
Ngabila menyebutkan, surveilans aktif berbasis masyarakat mulai dari RT, RW, kader kesehatan dan Jumantik perlu digalakkan. Lalu sistem rujukan dari Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) ke rumah sakit (RS) juga perlu ditingkatkan.
"Yang terpenting juga laporan dari RS untuk kasus DBD penting disampaikan segera agar Puskesmas dapat melakukan penyelidikan segera dan melakukan penyemprotan (fogging)," kata Ngabila.
Untuk tahun 2022 sebanyak 8.138 kasus. Selama 2023 ini, Jakarta Timur menjadi wilayah dengan jumlah kasus terbanyak, yaitu 640 kasus. Disusul Jakarta Barat (625), Jakarta Selatan (540), Jakarta Utara (521), Jakarta Pusat (232) dan Kepulauan Seribu hanya satu kasus.
"Bulan Mei-Juni 2023 kasusnya mengalami penurunan dibandingkan diawal Tahun 2023 (Januari-Februari) dan dibandingkan Tahun 2022, kasus 2023 mengalami penurunan," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta, Ani Ruspitawati.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023