Manado (ANTARA News) - Indonesia dan Filipina merupakan negara dengan laju deforestasi (penggundulan hutan) terluas di dunia, selama periode 1985-1997 yang angkanya mencapai 1,6 juta hektar per tahun dan 2,1 juta hektar per tahun pada periode 1997-2001. Deforestasi di Indonesia itu antara lain karena penjarahan, kebakaran, dan konversi lahan, kata Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Pajajaran, Prof. Dr. Arminda Alisyahbana pada Kongres XVI Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Manado, Sulawesi Utara (Sulut), Senin. Dihadapan sekitar 1000 peserta Kongres, Arminda, dalam pemaparan "Pembangunan Berkelanjutan Indonesia, mengatakan, kerusakan hutan di Indonesia sudah pada tahap yang sangat mengkuatirkan. Kerusakan hutan pada gilirannya mengancam aneka ragaman hayati hutan ropis Indonesia yang memiliki nilai guna untuk generasi sekarang dan akan datang di Indonesia maupun secara global. Masalah besar selanjutnya yang dihadapi Indonesia adalah semakin memburuknya kualitas udara dan air sebagai dampak dari tingginya tingkat polusi dari bersumber rumah tangga, industri dan transportasi. Kota-kota besar di Indonesia sudah mengalami penurunan kualitas udara sangat drastis. Jakarta sekarang merupakan kota ketiga dengan tingkat polusi tertinggi di dunia setelah Mexico City dan Bangkok. Selain polusi udara, aksesibilitas dan kualitas air juga bertambah buruk. Air bersih menjadi barang langkah, berkurangnya akses air bersih menimbulkan masalah-masalah ekologis, estetis, dan kesehatan. Pentingnya peran pemerintah dalam mengatasi berbagai permasalahan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungan, sehingga pembangunan tetap berkelanjutan. Sebab itu, pembahasan mengenai konsep dan definisi pembangunan berkelanjutan merupakan prasyarat sebelum perumusan indikator pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan, kata Arminda. Disamping itu, Kongres tersebut juga menampilkan sejumlah pakar ekonomi, antara lain Dr Sjarir, Dr.M Hadi Soesastro, Dr. Rizal Ramli. Menteri Keuangan, Dr Sri Mulyani Indrawati. Kongres tersebut berlangsung 18 - 20 Juni 2006, telah dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada hari Minggu (18/6), dan dihadiri sekitar 1000 peserta Kongres utusan dari cabang organisasi tersebut se Indonesia.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006