Jakarta (ANTARA News) - Dewan Perwakilan Rakyat meminta PT Pertamina memanfaatkan peluang kerja sama bisnis perminyakan antara Indonesia dan Irak yang segera terealisasi.

"Kerja sama bisnis sektor perminyakan segera terealisasi antara pemerintah Indonesia yang diwakili PT Pertamina dengan perusahaan minyak milik pemerintah Irak. Pertamina diberi kesempatan yang tidak akan datang dua kali. Oleh karena itu, mohon dimanfaatkan dengan baik," kata Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung di Jakarta, Rabu.

Pernyataan itu dia sampaikan usai menerima kunjungan kehormatan dari Duta Besar (Dubes) Republik Irak untuk Indonesia Dr Ismieal Shafiq Muhsin di ruang kerjanya di Gedung Nusantara III MPR/DPR.

Menurut dia, kunjungan Dubes Republik Irak tersebut bertujuan untuk menindaklanjuti kunjungan Perdana Menteri Irak ke DPR RI beberapa waktu lalu.

Pramono mengatakan, Irak telah memberi kesempatan luas kepada para pebisnis Indonesia, khususnya yang bergerak di sektor perminyakan untuk menjadi kontraktor di negara itu.

"Produksi minyak Irak saat ini sudah mencapai hampir 3,1 juta barel per hari. Itu berarti hampir tiga setengah kali dari produksi minyak Indonesia per harinya," ungkapnya.

Dia juga menjelaskan, pemerintah Irak sangat berharap agar pihak Pertamina dapat segera merealisasikan rencana kerja sama dengan pemerintah Irak.

Pada kesempatan itu, Dubes Ismieal Shafiq Muhsin mengatakan bahwa pemerintah Irak menyatakan siap bila Pertamina menginginkan kerja sama bisnis yang lebih besar.

Sebelumnya, kerja sama Indonesia dengan Irak di bidang perminyakan mulai terjalin erat, di antaranya melalui penjajakan kerja sama dan investasi Indonesia melalui PT Pertamina (Persero) di Irak.

Pertamina menyatakan siap menjadi lokomotif bagi program Indonesia Incorporated yang akan memberikan dukungan bagi proses rekonstruksi sekaligus menciptakan peluang bagi perluasan usaha dan investasi BUMN Indonesia di Irak.

Irak merupakan Negara dengan cadangan minyak terbesar keempat di dunia dan secara agresif akan meningkatkan produksi minyaknya hingga 11 juta barel per hari pada tahun 2016 untuk mendukung proses rekonstruksi.

Rekonstruksi Irak memerlukan investasi besar di sektor migas, kelistrikan, konstruksi, pertanian, telekomunikasi, kesehatan, water resource management, petrokimia, industri makanan dan obat-obatan.

(Y012/N002)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013