Jakarta (ANTARA News) - Puluhan pengungsi asal Somalia, korban perang saudara berkepanjangan yang terdiri dari wanita dan anak-anak, terlantar di depan kantor Badan Pengungsi PBB (UHNCR) Indonesia di Jakarta Pusat, Rabu.
Mereka telah berada di depan kantor UNHCR di Kompleks Menara Ravindo, Jalan Kebon Sirih sejak hari Senin (4/3) tanpa persediaan makanan dan minuman yang cukup. Kebutuhan konsumsi mereka dapatkan dari masyarakat yang menaruh simpati terhadap mereka.
"Kami sudah delapan bulan melarikan diri dari Somalia dan berpindah-pindah dari Yaman, negara-negara Eropa hingga sampai di sini (Indonesia)," kata Amal Mahamed, wanita berusia 45 tahun bersama 10 keluarga lainnya sambil menggendong anaknya yang masih balita.
Dia mengaku sengaja melarikan diri dari negaranya seiring kekerasan yang terus terjadi akibat perang saudara.
Amal bersama pengungsi yang lainnya menggunakan jasa pesawat untuk berpindah-pindah dari satu negara ke negara lainnya sampai kehabisan segala persediaan kebutuhan pokok.
"Kini kami kehabisan uang untuk bertahan hidup. Kami hanya terdiri dari para ibu dan anak-anak karena beberapa dari kami telah bercerai atau telah ditinggal pergi oleh suami," kata wanita berkerudung itu sambil pasrah dengan keadaan dirinya dan pengungsi lainnya.
Berdasarkan pengamatan ANTARA, pengungsi Somalia tersebut tidak mendapatkan tempat berlindung yang layak karena hanya tinggal di sepanjang trotoar depan Kantor UNHCR.
Amal mengaku akan sangat sedih apabila sampai hujan turun. "Kami akan berada dalam masalah apabila hujan turun karena bingung untuk mencari tempat berteduh," kata Amal sambil sesekali berbicara dengan pengungsi wanita dan anak-anak kecil Somalia lain menggunakan bahasa sukunya.
Harapan Amal tidak muluk-muluk kecuali mendapatkan tempat berlindung untuk dirinya dan pengunsi lainnya. Apabila ada pekerjaan yang bisa dilakukan, Amal dan rekan-rekannya bersedia untuk menjalaninya.
Belum ada pernyataan resmi dari UNHCR dan Kedutaan Besar Somalia saat ANTARA mencoba melakukan kontak via telepon.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan kekerasan sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991.
Perang saudara memaksa banyak warganya melarikan diri ke sejumlah negara untuk mencari perlindungan dan menghindari aksi kekerasan.
Mereka mengungsi ke sejumlah negara demi bertahan hidup ataupun mencari suaka meski akhirnya terlantar tanpa nasib yang jelas di sejumlah negara.
(ANTARA)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013