"Pembelajaran sepanjang hayat adalah strategi penting untuk memastikan perempuan dapat masuk ke pasar tenaga kerja," kata Head of Programmes UN Women Indonesia Dwi Faiz pada diskusi bertajuk Women in Technology yang diikuti di Badung, Bali, Selasa.
Dwi mengatakan minimnya keterlibatan perempuan, terutama dalam bidang teknologi, memerlukan solusi yang tepat, guna meningkatkan keikutsertaan.
Dia menyebutkan tekanan masyarakat merupakan hambatan utama bagi kemajuan perempuan karena mempengaruhi motivasi mengasah keterampilan mereka.
Dia memaparkan data UN Women terkait keterwakilan perempuan yang masih sangat minim dalam dunia teknologi, atau umumnya disebut STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics).
"Hanya ada 28 persen wanita lulusan di bidang teknik, dengan 22 persen wanita yang bekerja di bidang kecerdasan buatan (AI), dan kurang dari sepertiga di sektor teknologi," ungkapnya.
Maka dari itu, dia menegaskan pentingnya kelompok dukungan dan pendampingan antarperempuan agar kelompok perempuan dapat berkembang, terutama di bidang STEM.
Selain itu, dia menekankan pentingnya mendorong ruang digital yang aman, pendidikan STEM yang inklusif, dan literasi digital bagi perempuan.
"Hal tersebut untuk memastikan perempuan dan anak perempuan memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk terus bertumbuh di dunia digital yang berkembang pesat," tuturnya.
Senada dengan hal tersebut, pada kesempatan yang sama Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Purbasari mengatakan bahwa kehadiran Program Kartu Prakerja dapat menjadi salah satu solusi atas kebutuhan tersebut.
"Dengan pembelajaran sepanjang hayat, perempuan memiliki kesempatan mengakses pelatihan sambil tetap menjalankan peran sebagai ibu," ujarnya.
Diskusi Women in Technology merupakan salah satu kegiatan diskusi yang dilaksanakan dalam rangkaian ILLC yang diadakan pada 3-6 Juli 2023 di Bali.
Baca juga: UNESCO sebut Indonesia adalah contoh baik pembelajaran sepanjang hayat
Baca juga: Prakerja: ILLC dorong Visi Indonesia 2045
Baca juga: UNESCO sebut 763 juta orang dewasa kekurangan literasi digital
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023