"Mulai pertengahan Februari ini sudah kita alihkan ke Jawa Tengah karena sudah cukup di Jakarta dan hujan yang turun tidak akan berpotensi banjir," kata Kepala BPPT Marzan A Iskandar usai penandatanganan nota kesepahaman dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi di Jakarta, Selasa.
Marzain menegaskan, pihaknya terus memonitor curah hujan yang kembali pada awal Maret.
Dia juga menjelaskan pengalihan hujan tersebut diupayakan tidak di atas Daerah Aliran Sungai (DAS).
"Pengalihan hujan tersebut di daerah laut yang cepat menguap kembali airnya sebelum ke Jabodetabek," katanya.
Marzain menjelaskan mekanisme modifikasi hujan buatan serta pengalihan hujan tersebut.
Pertama, dari pesawat ditabur zat sejenis garam yang dapat mempercepat turunnya hujan pada awan yang jenuh dengan uap air.
Kedua, menyebar zat yang dapat mencegah awan berubah menjadi hujan, jika awan telanjur sampai ke atas wilayah Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
Dia menyebutkan modifikasi cegah hujan tersebut dapat mengurangi intensitas curah hujan di Jakarta sebesar 30 persen pada pertengahan Januari-Februari 2013.
"Upaya tersebut dilakukan agar hujan turun tidak secara berlebihan, agar tidak terjadi banjir. Tetapi, tidak ada air juga tidak baik. Karena itu, kita alihkan ke daerah lain," katanya.
Namun, dia meyakini hujan pada bulan Maret ini tidak akan berpotensi banjir.
Penyataan tersebut menanggapi curah hujan yang kembali lebat pada awal Maret yang dikhawatirkan menimbulkan banjir seperti pada 17 Januari 2013 dan menenggelamkan jalan protokol.
Namun, sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan selama 25-28 Januari 2013, curah hujan yang jatuh di Jakarta dominan berintensitas rendah hingga sedang.
Profesor Hidrologi Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi Sutopo Purwo Nugroho mengatakan saat ini sudah tidak ada siklon tropis yang merupakan salah satu faktor menyebab curah hujan ekstrem di selatannya. (J010/Z002)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013