Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah belum memastikan kenaikan harga elpiji 12 kilogram karena masih mempertimbangkan dampak dari kebijakan tersebut..
"Sudah dibahas sekilas tapi belum diputuskan, karena melihat dulu analisis, kemungkinan terjadinya migrasi, survei kemungkinan inflasi dan mempertimbangkan daya beli masyarakat," kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, Selasa.
Hatta mengatakan telah mengetahui rencana PT Pertamina untuk menaikkan harga elpiji tersebut, namun BUMN yang bernaung dalam sektor energi itu harus meminta pandangan serta koordinasi dari pemerintah.
"Mereka bisa saja menetapkan itu karena tidak perlu persetujuan pemerintah, itu namanya corporate action. Tapi Pertamina harus minta pemerintah untuk memberikan pandangan terhadap rencana itu," katanya.
Ia memahami keinginan dari PT Pertamina tersebut, karena sesuai hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), kenaikan harga elpiji 12 kilogram itu harus dilakukan untuk menghindari terjadinya kerugian.
"Apa yang diusulkan Pertamina sudah benar, ia harus making profit untuk yang non subsidi, sehingga dianjurkan BPK untuk dinaikkan. Tapi kita akan melihat secara keseluruhan," ujar Hatta.
Hatta menghimbau kepada para agen penjual elpiji agar tidak menaikkan harga gas sebelum ada keputusan dari pemerintah, karena dapat menimbulkan ketidakpastian dan keresahan di masyarakat.
"Setiap penjual sudah memiliki porsi sendiri dan tarifnya, jadi jangan melanggar dengan menaikkan harga sepihak untuk mendapatkan keuntungan," katanya.
PT Pertamina (Persero) berencana menaikkan harga elpiji non-subsidi (jenis tabung gas 12 kg) sebesar 36,2 persen dari sebelumnya Rp5.850 menjadi Rp7.966,7 per kg atau naik sekitar Rp2.116,7 per kg pada Maret 2013.
Upaya tersebut dilakukan untuk menekan kerugian yang dialami perseroan. Dengan demikian, harga elpiji dari agen ke konsumen akan naik dari Rp70.200 menjadi Rp95.600 atau naik Rp25.400 per tabung isi 12 kg.
Meski harganya dinaikkan, perseroan dipastikan masih akan tetap merugi hingga sekitar Rp3 triliun akibat penjualan elpiji 12 kg itu. Perseroan masih menjual elpiji di bawah harga pokok pembelian sehingga mengalami kerugian hingga Rp5,1 triliun.
(ANTARA)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013