...meledakkan bomnya di pintu gerbang."Aden (ANTARA News) - Serangan bom mobil bunuh diri oleh tersangka militan Al Qaida terhadap sebuah bangunan di Yaman selatan menewaskan 12 anggota milisi pro-pemerintah, Senin, kata seorang anggota kelompok itu dan petugas medis.
"Seorang penyerang bom mobil bunuh diri Al Qaida berhasil menjangkau kantor Komite Perlawanan Rakyat di Loder dan meledakkan bomnya di pintu gerbang," kata seorang anggota kelompok milisi itu, yang bersama-sama militer memerangi militan garis keras di Yaman, lapor AFP.
Anggota-anggota utama milisi itu sedang mengadakan pertemuan di bangunan tersebut, yang merupakan sebuah kantor pemerintah, ketika serangan itu terjadi, katanya.
"Dua-belas jenazah telah dibawa ke kamar mayat," kata seorang petugas medis di sebuah rumah sakit setempat.
Menurut beberapa saksi, sejumlah orang juga cedera dalam serangan tersebut.
Pada 24 Februari, sejumlah tersangka anggota Al Qaida yang naik sepeda-motor membunuh seorang perwira polisi dalam penembakan di provinsi wilayah tengah, Baida.
"Kapten Adel Wali al-Nahmi, kepala kepolisian Dhi Naem, tewas dan pengawalnya, Adnan al-Qobati, cedera dalam serangan anggota-anggota Al Qaida," kata kementerian pertahanan dalam sebuah pernyataan di situs berita 26sep.net.
Polisi, tentara dan milisi pro-pemerintah sering menjadi sasaran serangan dan pemerintah menuduh Al Qaida sebagai pelakunya.
Dalam upaya mengendalikan peningkatan serangan dengan sepeda-motor, pihak berwenang pada awal tahun ini meluncurkan operasi penyitaan sepeda-motor tanpa STNK.
Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di wilayah selatan, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011.
Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.
Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).
AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.
Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abdrabuh Mansur Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida.
(M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013