Surabaya (ANTARA News) - Ketua Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menilai porno-tidaknya Al-Qur`an tergantung kepala manusia yang menyimaknya. "Porno-tidaknya Al-Qur`an itu tergantung kepala kita, bukan (tergantung) saya, karena Al-Qur`an memang menggunakan bahasa kiasan," ujarnya di Surabaya, Sabtu malam. Mantan Ketua Umum PBNU itu mengemukakan hal itu saat berbicara di hadapan ribuan warga nahdliyyin yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Al-Masru`ah, Jl Ploso Baru, Surabaya. "Ada yang bilang bahwa saya mengatakan kalau Al-Qur`an itu porno, padahal porno-tidaknya atau cabul-tidaknya itu ada di kepala manusia, sebab Allah SWT memang banyak menggunakan bahasa kiasan," tuturnya. Menurut cucu pendiri NU Hadratussyeikh KH Hasyim Asy`ari itu, Al-Qur`an menyebut isteri adalah "ladang" bagi para suami. "Masak, Habib Rizieq (ketua Front Pembela Islam/FPI) nggak paham soal itu," katanya. Ia menegaskan bahwa jika bahasa kiasan yang digunakan Al-Qur`an itu porno, maka kepala manusia yang menilai seperti itu berarti "ngeres" (selalu berpikiran seksual). "Al-Qur`an juga bilang bahwa perempuan itu harus menyusui anaknya, apakah itu cabul atau tidak, maka hal itu ya apa kata kepala saja," ucap mantan Presiden RI itu. Oleh karena itu, ungkapnya, jika pandangannya tentang porno-tidaknya Al-Qur`an bergantung apa kata kepala manusia itu dianggap FPI sebagai sebuah kebodohan, maka hal itu tidak masalah. "Lebih baik dikatakan bodoh, dibanding dianggap jahat oleh hukum. FPI itu `kan kemana-mana membawa senjata tajam dan hal itu menurut UU adalah sebuah tindak kejahatan," paparnya. Namun, kilahnya, kemarahan pimpinan FPI kepada dirinya itu dapat dikatakan sebagai pertanda kepentingannya terancam, mengingat ada orang yang tidak takut kepada FPI, padahal polisi saja takut bertindak. "Yang penting, Maulid Nabi Muhammad SAW harus diperingati dengan menjaga kemerdekaan, tapi hal itu dilakukan dengan cara yang sopan, bukan dengan cara seperti yang diterapkan FPI selama ini," katanya. Dalam kesempatan itu, Gus Dur menyatakan NU sejak Muktamar Banjarmasin pada tahun 1935 telah menegaskan bahwa pelaksanaan syariat tak perlu dengan adanya negara Islam.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006