"Kita tidak tidak akan dapat menyelesaian satu masalah hanya dengan satu pihak, harus ada kesepakatan dua pihak," kata Juru Bicara Sidang-1 Kongres ke-12 Rakyat Nasional China, Fu Ying, di Beijing, Senin.
Ia menyebut langkah Jepang membeli Pulau Diaoyu di Laut China Timur sebagai hal yang memicu ketegangan antara kedua negara.
"Apa yang dilakukan Jepang dengan membeli Diaoyu, telah melanggar konsensus yang pernah disepakati antara China dan Jepang," kata Fu Ying.
"Itulah alasan mengapa China akhirnya mengirimkan kapal patroli ke wilayah Kepulauan Diaoyu," katanya.
Secara historis, Pulau Diaoyu dan sekitarnya telah menjadi bagian dari wilayah China sampai 1895, saat Jepang mengambil wilayah tersbeut.
Kepulauan itu telah muncul di peta China sejak Dinasti Ming (1368-1644), sekitar 400 tahun sebelum Jepang mengklaim penemuan kepulauan pada 1884.
Selain itu, berdasar Deklarasi Kairo 1943 Jepang diminta untuk mengembalikan semua wilayah yang sempat diambil kepada China.
"Kami berharap Pemerintah dan masyarakat Jepang mendengar dan memperhatikan benar suara rakyat China dan meletakkan apa yang terjadi pada masa lalu dan saat ini dalam perspektif yang benar, sehingga kedua negara menemukan dasar untuk berdialog," kata Fu.
Sengketa teritorial di Laut China Timur menjadi tantangan tersendiri bagi hubungan China dan Jepang pada masa mendatang, terutama jika Perdana Menteri Jepang Shizo Abe tidak dapat mengelola konflik itu dengan baik.
Untuk mencari penyelesaian atas sengketa tersebut, beberapa pejabat dan mantan pejabat Jepang telah berkunjung ke Beijing, namun hingga kini belum ada tanda kesepakatan antara kedua pihak.
(R018)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013