New York (ANTARA) - Tiga indeks utama Wall Street menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan Nasdaq yang padat teknologi mencatat kenaikan paruh pertama terbesarnya dalam 40 tahun karena inflasi menunjukkan tanda-tanda pendinginan sementara Apple ditutup dengan valuasi pasar 3 triliun dolar AS untuk pertama kalinya.
Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 285,18 poin atau 0,84 persen, menjadi menetap di 34.407,60 poin. Indeks S&P 500 bertambah 53,94 poin atau 1,23 persen, menjadi berakhir di 4.450,38 poin. Indeks Komposit Nasdaq meningkat 196,59 poin atau 1,45 persen, menjadi ditutup pada 13.787,92 poin.
Semua 11 sektor industri utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor teknologi memimpin, naik 1,8 persen. Sektor Real Estat adalah yang terlemah, hanya naik 0,5 persen.
Untuk minggu ini, indeks S&P 500 bertambah 2,35 persen sementara Nasdaq bertambah 2,20 persen dan Dow naik 2,02 persen. Untuk kuartal tersebut, S&P 500 bertambah 8,3 persen sementara Nasdaq naik 12,8 persen dan Dow naik 3,4 persen.
Nasdaq mencatatkan kinerja paruh pertama terkuatnya dalam 40 tahun dengan kenaikan lebih dari 31 persen. Indeks Nasdaq 100 dari saham-saham teknologi terkemuka membual rekor kenaikan paruh pertama terbesarnya, menambahkan sekitar 39 persen.
Apple Inc menembus angka kapitalisasi pasar 3 triliun dolar AS untuk pertama kalinya sejak Januari 2022, naik 2,3 persen menjadi ditutup pada 193,97 dolar AS per saham setelah mencapai rekor 194,48 dolar AS. Itu terangkat oleh meningkatnya selera terhadap saham pertumbuhan serta taruhan pembuat iPhone akan berhasil di pasar baru.
Investor bersemangat untuk hari terakhir kuartal kedua di tengah tanda-tanda pendinginan inflasi AS dari langkah-langkah yang diawasi ketat oleh Federal Reserve.
Laporan Departemen Perdagangan menunjukkan indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) naik 3,8 persen dibandingkan 4,3 persen pada April. Tidak termasuk makanan dan energi yang mudah berubah, indeks PCE inti naik 0,3 persen, turun dari 0,4 persen di bulan sebelumnya.
Data memicu harapan The Fed bisa mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga. Itu membantu penurunan imbal hasil obligasi pemerintah sebagai respons terhadap pendinginan inflasi, kata Burns McKinney, manajer portofolio di NFJ Investment Group di Dallas, Texas.
"Semuanya naik karena Anda melihat ekonomi mendingin tetapi tidak terlalu banyak. The Fed mungkin memiliki kesempatan yang lebih baik dari yang kita pikirkan untuk memasukkan jarum dan mendinginkan inflasi tanpa membunuh ekonomi dalam prosesnya," kata McKinney.
Manajer uang mengatakan dia masih berpikir Fed tidak dapat meredam inflasi tanpa menyebabkan resesi, tetapi "kemungkinan akan naik."
Namun, para pedagang memperkirakan peluang 84,3 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 5,25-5,50 persen dalam pertemuan Juli, menurut alat Fedwatch CMEGroup, turun sedikit dari peluang 89,3 persen pada Kamis (29/6/2023).
Baca juga: Wall Street ditutup beragam setelah rilis data ekonomi AS baru
Pernyataan hawkish dari Ketua Fed Jerome Powell dan data ekonomi yang kuat awal pekan ini mendorong taruhan bahwa Fed akan mempertahankan kenaikan suku bunga, tetapi pasar saham merasa nyaman dengan tanda-tanda kekuatan ekonomi AS karena inflasi mereda.
Indeks Volatilitas Pasar CBOE, pengukur ketakutan Wall Street, ditutup naik 0,05 poin menjadi 13,59 setelah sebelumnya tergelincir ke level terendah satu minggu di 12,96 poin.
Di antara saham individu, Nike Inc turun 2,6 persen setelah memperkirakan pendapatan kuartal pertama di bawah ekspektasi Wall Street. Saham Carnival Corp melonjak 9,7 persen setelah Jefferies meningkatkan saham operator kapal pesiar itu menjadi "beli" dari "tahan".
Di bursa AS, sebanyak 10,36 miliar saham berpindah tangan dibandingkan dengan rata-rata pergerakan 11,29 miliar untuk 20 sesi terakhir.
Baca juga: Saham Inggris dibuka lebih tinggi ikuti kenaikan Wall Street
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023