Denpasar (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan kendati berperan penting dalam kegiatan perekonomian namun komersialisasi kebudayaan seharusnya tidak menyebabkan hilangnya norma-norma yang ada dalam kebudayaan itu sendiri.
"Kita tidak boleh menjadikan kebudayaan sebagai sarana komersialisasi yang tidak terarah, yang menghilangkan norma-norma kebudayaan itu sendiri," kata Yudhoyono ketika membuka pekan kesenian Bali yang akan berlangsung hingga 15 Juli 2006 di Denpasar, Sabtu sore.
Yudhoyono, yang ketika itu didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi dan Gubernur Bali Dewa Beratha, menyatakan gembira atas diselenggarakannya pesta budaya itu.
Menurut dia kebudayaan adalah bagian mendasar dari sebuah kelompok masyarakat.
"Kebudayaan adalah bagian mendasar dari setiap orang dan kelompok masyarakat. Bahkan UNESCO menyebut kebudayaan sebagai bagian integral dari Hak Asasi Manusia," kata Yudhoyono pada kegiatan yang juga diikuti oleh kelompok budaya dari luar Provinsi Bali dan dari luar negeri itu.
Pada acara yang dihadiri oleh puluhan ribu warga Denpasar dan sekitarnya itu Presiden juga mengemukakan bahwa kebudayaan memberikan ruang bagi munculnya kreatiVitas yang tidak selalu sama pada setiap tempat.
Kepala Negara juga menyatakan bahwa kebudayaan hanya mungkin timbul bila masyarakat bersama-sama memberikan ruang dan fasilitas untuk menumbuhkan kebudayaan.
Presiden berharap penyelenggaraan pesta kesenian Bali yang ke-28 itu itu dapat memulihkan industri pariwisata di Pulau Dewata yang sempat terpuruk akibat peristiwa pemboman pada 2002 dan 2005.
"Mudah-mudahan kegiatan pesta budaya ini dapat memulihkan pariwisata Bali setelah terjadinya pemboman tahun 2002 dan 2005," kata Presiden.
Usai menyampaikan pidato sambutannya Presiden dan rombongan menyaksikan pawai budaya yang diikuti oleh lebih dari 200 kelompok seni dari Bali dan daerah lainnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006