Aksi pemogokan kerja ini didasari oleh protes mereka akan sistem pengupahan.
Sekitar seratus karyawan berdiri di luar area keberangkatan bandara untuk memprotes kebijakan gaji yang disetujui dewan direksi bandara yang memberlakukan peniadaan kenaikan gaji.
Aksi mogok kerja itu menyebabkan lalu lintas udara di bandara, pusat diplomat dan pejabat yang bepergian ke PBB, dihentikan antara pukul 06.00 dan 10.00 waktu setempat pada Jumat.
Serikat Layanan Publik, yang menolak tawaran manajemen bandara yang dapat mengakhiri pemogokan, memilih untuk melanjutkan pemogokan selama sisa hari Jumat dan akan kembali memulai protes pada Sabtu.
"Hal ini tentu sangat disayangkan, tapi kami meminta penumpang untuk melampiaskan kemarahan mereka kepada manajemen bandara yang bertanggung jawab atas kekacauan ini," kata Jamshid Pouranpir, sekretaris serikat pekerja dari Serikat Layanan Publik.
Pierre Bernheim, presiden Bandara Jenewa, mengatakan pemogokan itu tidak dapat dibenarkan.
"Saya sedih karena mereka mengambil hak penumpang, yang mungkin sudah lama menabung untuk bepergian. Hak mereka menjadi disandera," katanya seraya mengatakan bahwa gaji dan kondisi kerja di bandara sudah sangat baik.
Penundaan terlihat sekitar pukul 09.30, ketika penumpang membentuk antrean panjang untuk lapor masuk dan menjalani pemeriksaan keamanan. Para pekerja yang mogok termasuk staf keamanan dan darurat.
"Saya mengerti mereka mempertahankan posisi tawar mereka. Tetapi mereka seharusnya memilih hari lain untuk menjalankan protes," kata seorang penumpang asal Prancis, Gilles Segret, yang hendak terbang ke Amsterdam.
Sementara itu pelari Denmark Kent Normark, dijadwalkan terbang ke Denmark untuk mengikuti perlombaan lari 1.500 meter pada Sabtu.
"Saya sangat berharap untuk bisa kembali ke Copenhagen," kata Normark.
Sumber: Reuters
Baca juga: Aksi mogok pekerja lumpuhkan transportasi umum Jerman
Baca juga: EU dukung Indonesia terapkan penerbangan ramah lingkungan
Baca juga: Kelompok difabel Eropa minta regulasi penerbangan yang lebih baik
Penerjemah: Resinta Sulistiyandari
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023