Jakarta (ANTARA News) - Raungan suaranya menjangkau tiga oktaf, keluar dari bibirnya yang bergincu merah. Setelan hitam dan rambut yang dibiarkan tergerai membuatnya tampak anggun.
Dengan modal puluhan tahun menyelami berbagai genre musik seperti folk, latin, R&B, dan tentu saja jazz, Basia tak perlu banyak berkata untuk mencuri perhatian.
Sepanjang satu jam penampilannya, Basia memang tidak terlalu atraktif. Ia lebih memilih tak jauh-jauh dari mikrofonnya. Sesekali ia bergeser, menari bersama dua penyanyi latarnya.
Band pengiringnya, dengan komposer sekaligus Danny White, beberapa kali dibiarkan oleh Basia untuk unjuk kebolehan masing-masing.
Panggung Basia adalah kemasan jazz sesungguhnya untuk dinikmati saja, dihayati, lalu melayang bersamanya.
Seperti ungkapan yang dilontarkan musisi jazz Amerika Serikat, Louis Armstrong bahwa jika kita bertanya apakah itu jazz, kita tidak akan pernah tahu. Jazz adalah kebebasan berekspresi, dan Basia menyajikannya dengan rapi.
Ribuan penonton yang memadati panggung utama pagelaran hari kedua "Jakarta International Djarum Super Mild Java Jazz Festival 2013", Sabtu (2/3) malam itu seolah terhipnotis oleh nyanyian "swing" Basia. Sesekali penonton bertepuk tangan, menggoyang-goyangkan badan dalam keheningan masing-masing, menikmati pesona Basia.
"Selamat malam," ujar penyanyi asal Polandia itu, mencoba dengan bahasa Indonesia.
Sebagai hadiah penampilan perdananya di Indonesia, Basia langsung memanjakan penonton dengan salah satu hits-nya yang populer, "Baby You're Mine", sebuah lagu lawas dari album keduanya "London Warsaw New York" (1989).
Penonton pun ikut bernyanyi, namun tetap duduk rapi di bangku mereka masing-masing.
Kemudian, penyanyi berusia 58 tahun itu membawa penonton dalam suasana yang lebih nge-beat. Ia menyanyikan hits lainnya, "If Not Now Then When". Pada pertengahan lagu, ia menyelipkan "scat singing" yang memukau. Penonton pun langsung menyambutnya dengan tepuk tangan yang meriah.
"Terimakasih, terimakasih, terimakasih," ucapnya seraya tertawa.
"Kalian suka swing jazz?" tanya Basia sebelum membawakan lagu "How Dare You Talk To Me Like That" yang diwarnai dengan aksi tarian penyanyi latarnya yang memakai topi vendora, diikuti kemudian oleh Basia.
Suasana swing terus membuat penonton serasa melayang dengan deretan tembang-tembang abadinya seperti "Astrud" yang kental dengan musik samba, lalu "Third Time Lucky", "An Olive Tree", dan "Time and Tide".
Danny White, yang setia berkolaborasi dengan Basia sejak tahun 1981 mengawali lagu "from Now On" dengan permainan solo pianonya yang memukau. Disusul gitar, drum dan baru kemudian lantunan merdu dari Basia.
Sementara itu, lengkingan saksofon membuka tembang "Cruising For Bruising", lagu yang hampir selalu dibawa Basia "berlayar" dalam setiap konsernya. Lagu dari album keduanya "London Warsaw New York" yang membuat namanya semakin melesat dan tercatat sebagai album jazz kontemporer paling top.
Tanpa terasa, pertunjukan berlalu dengan cepat. Usai menyanyikan lagu "Copernicus", Basia dan band-nya pamit kepada penonton. Mereka bersama-sama menunduk lalu melambaikan tangan. Sementara itu, penonton masih setia di tempat masing-masing. "More.. more.." teriak mereka.
Tak lama, Basia akhirnya kembali lagi ke panggung. Kali ini sebagian besar penonton berdiri, Basia pun lebih lincah membawakan lagu "Half a Minute" serta "Promises". Konser pun berakhir dengan iringan tepuk tangan penonton yang meriah.
Ingin kembali lagi
Melihat antusias penonton yang begitu besar, Basia mengaku terkejut. Dalam jumpa pers yang digelar tak lama usai pertunjukannya, Basia mengaku tak menyangka dengan respon yang diberikan penonton.
"Ini diluar ekspektasi saya," ujar Basia, tampak sumringah.
Pemilik nama lengkap Barbara Trzetrzelewska itu berjanji akan kembali lagi di Indonesia.
"Saya merasakan momen yang menyenangkan saat berada di sini. Kami akan menggelar tur lagi tahun depan dan saya pasti akan ke sini," katanya.
Basia telah melalang buana mencicipi berbagai jenis musik. Dalam kurun waktu 1972-1974, Basia menyanyikan lagu-lagu folk bersama kelompok Alibabki. Ia sempat menjadi vokalis band rock, Perfect (1977-1979). Saat menetap di London, Inggris, ia bertemu dengan Mark Reilly dan Danny White yang kemudian membentuk Bronze lalu berinkarnasi menjadi Matt Bianco dengan aliran jazz pop crossover bernuansa latin.
Pada tahun 1985, Basia dan Danny White keluar dari Matt Bianco. Dan mulai dari sinilah namanya berkibar bahkan menembus Amerika Serikat lewat album solo pertamanya, "Time and Tide" (1987). Terakhir, ia merilis album kelimanya "Live From Newport to London" pada tahun 2011.
(M047)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013