Dhaka (ANTARA News) - Polisi Bangladesh menahan lima mahasiswa pada Sabtu atas tuduhan terlibat pembunuhan seorang blogger anti-Islam, sementara empat orang tewas dalam protes menentang vonis mati terhadap seorang pemimpin partai Islam karena kejahatan perang.
Para mahasiswa itu mengaku membunuh blogger Ahmed Rajib Haider setelah ia membantu menyelenggarakan protes-protes terhadap para pemimpin partai Islam terbesar, Jamaat-e-Islami, yang diadili di pengadilan kejahatan perang, kata polisi.
Para mahasiswa itu, semuanya kuliah di universitas swasta North South University, menargetkan Haider, 35 tahun," karena tulisan-tuisannya yang menghina Islam dan Nabi Muhammad," kata wakil komisaris polisi Dhaka Masudur Rahman.
"Mereka melacaknya melalui akun Facebooknya" dan "pada hari pembunuhan itu mereka bermain kriket di depan rumahnya dan menunggu dia pulang," katanya kepada AFP.
Penahanan itu dilakukan ketika polisi menembak dan menewaskan empat orang dalam protes-protes di jalan menyangkut penghukuman terhadap para pemimpin Islam karena melakukan kejahatan perang dalam perang kemerdekaan tahun 1971.
Kematian itu menambah jumlah mereka yang tewas sejak vonis pertama dijatuhkan 21 Januari menjadi 457 orang, kata polisi.
Penyidangan-penyidangan 12 pemimpin Jamaat dan oposisi Partai Nasioalis Bangladesh telah membuka luka lama dan memecah belah negara itu.
Unjuk rasa-unjuk rasa akan diselenggarakan kembali Ahad di negara Asia Selatan itu, ketika Jamaat menurut rencana akan melakukan pemogokan umum untuk memprotes sidang-sidang itu.
Dalam kerusuhan Sabtu itu polisi mengatakan mereka membunuh tiga orang dekat kota pelabuhan Chittagong ketika mereka menembaki kelompok Islam yang memprotes hukuman mati yang diputuskan awal pekan ini terhadap wakil presiden Jamaat Delwar Hossain Sayede.
Ulama berusia 73 tahun itu adalah orang ketiga divonis oleh pengadilan itu yang vonisnya membuat marah kelompok Islam yang mengatakan proses itu tidak menyelesaikan masalah kecuali proses peradilan. Seorang pemrotes lainnya ditembak mati ketika pengawal perbatasan menembaki lebih dari 1.000 pengunjuk rasa Jamaat d kota Joldhaka utara, kata polisi.
Polisi dan media melaporkan bentrokan antara para pendukung Jamaat dan polisi di paling tidak enam kota besar dan kota kecil, sementara polisi Dhaka mengatakan mereka menembakkan peluru-peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
Pemerintah, yang mengatakan perang kemerdekaan tahun 1971 menewaskan tiga juta orang, menuduh para pemimpin Jamaat adalah bagian dari milisi pro-Pakistan yang dipersalahkan terlibat dalam banyak pembunuhan -- tuduhan-tuduhan itu dibantah mereka.
Perkiraan independen menyebut jumlah korban akibat perang itu jauh lebih rendah yaitu 300.000 sampai 500.000 orang.
Aksi kekerasan baru itu terjadi sehari setelah Amerika Serikat menyerukan rakyat negara itu tenang.
(H-RN/Z002)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013