London (ANTARA News) - Bagi Rizki Ramdhani ikut mempromosikan budaya Indonesia dalam penyelenggaraan pameran dagang MUBA yang tengah berlangsung di Basel, Swiss, sebelumnya tidak terbayangkan.
"Selama penyelenggaran pameran dagang MUBA, paviliun Indonesia setiap harinya menampilkan berbagai kesenian kelompok kesenian dari Jawa Timur dan penari dari Pembangunan Jaya serta peragaan busana Batik dan Tenun ikat dari Alfonsa," kata Pensosbud KBRI Bern Budiman Wirahadikusuma kepada ANTARA London.
Rizki Ramdhani diminta panitia dari KBRI Bern untuk ikut mengisi panggung dengan menampilkan tarian.
"Saya dihubungi panitia dari KBRI Bern untuk ikut mengisi acara di panggung utama Paviliun Indonesia," ujar pria lulusan jurusan pendidikan bahasa Prancis S1 UPI Bandung usai membawakan tarian Jayengrana yang mendapat sambutan meriah.
Diakuinya selain senang bisa menghibur para penonton dari berbagai negara, dan berkenalan dengan penari lainnya dari Jawa Timur dan Jakarta.
"Kami bisa bertukar pengalaman," ujar Rizki yang menguasai berbagai macam tarian.
Selama mengisi acara Rizki menampilkan beberapa tarian tradisi dari Jawa Barat dan Sumatra Barat seperti tari Jayengrana, tari Topeng Samba, tari Suraning Pati, tari Lenyepan, dan tari piring.
Menurut Rizki, meski hanya dapat menghibur penonton selama tiga hari berturut turut dari 10 hari penyelenggaraan MUBA tahun ini Indonesia menjadi partner country selama pameran yang menampilkan berbagai produk unggulan Indonesia.
Pria kelahiran Bandung, Oktober 1972 yang lama menetap di Paris, Perancis itu melanjutkan studi di Universitas Paris Nouvelle Sorbonne bidang penerjemahan setelah menyelesaikan S2 di jurusan spesialisasi penerjemahan di Universitas Indonesia.
Ternyata darah seni justru lebih deras ketimbang belajar bahasa yang membawa Rizki belajar seni pertunjukan dijurusan tari, pada Universitas Paris VIII.
Sebelumnya Rizki belajar tari tradisional di sanggar Sekar Pakuan Bandung dengan mempelajari berbagai tarian klasik Sunda.
Justru dari kegiatan menari, ia bisa tampil di berbagai kota besar di Perancis dan juga di beberapa negara Eropa lainnya seperti Brusel, Basel, Zurich, Lisbon, sampai benua Afrika di negara Gabon.
Rizki yang pernah menjadi juara dua festival tari klasik Sunda se-Bandung Raya tahun 1997 merasa senang sekali bisa mengisi acara di pameran akbar di MUBA Basel.
Dia yang pernah menulis beberapa artikel tentang seni pertunjukan Indonesia di Prancis mengharapkan bisa memperkenalkan tarian Indonesia di Eropa.
Diakuinya dari kecil memang ia sudah mengikuti latihan dan dimasukkan ke sebuah sanggar tari Sunda di kota Bandung oleh sang bunda.
"Saya merasa bersyukur bisa merealisasikan kegemaran dalam seni tari," ujar Rizki yang menampilkan tarian tradisional Indonesia khususnya dari Parahyangan.
Diakuinya awal memang hanya mimpi yang tidak mungkin direalisasikan karena biasanya penari yang tampil di luar negeri adalah para penari profesional yang terbiasa mengibaskan kipas cantik serta lemparan selendang.
Rizki pun memberanikan diri berpartisipasi dalam berbagai acara yang diadakan beberapa yayasan Prancis-Indonesia.
Dengan bermodalkan kostum yang dibelinya di tanah air, akhirnya Rizki berhasil merealisasikan mimpinya meskipun banyak tantangan bahkan adanya kecemburuan dari penari lain.
Dia anggap itu wajar karena setiap orang ingin menjadi penari professional di kota Paris.
Dari tahun 2000 sampai saat ini, Rizki selalu meluangkan waktunya mengisi acara kesenian Indonesia baik yang diminta KBRI, dari yayasan yayasan Prancis-Indonesia, atau permintaan dari berbagai organisasi.
Menurut Rizki sebagai orang Indonesia yang menetap di Paris, ia merasa bertanggung jawab dan menanggung beban sebagai seorang seniman.
Rasa cinta pada kesenian Indonesia itu, aku realisasikan melalui berbagai tampilan tarian Indonesia dari tarian Sunda, Jawa Tengah, Bali dan Sumatra Barat.
"Aku bangga sebagai anak bangsa yang bisa menyumbangkan sedikit kemampuanku untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia, kalau bukan kita siapa lagi," ujarnya.
Pendidikannya di IKIP jurusan bahasa Perancis, menjadikan kegiatan mengajar menjadi pekerjaan utamaku.
"Saya sekarang menjadi dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Politik, Sciences-Po di kota Le Havre, Prancis," ujar Rizki yang mengajar mata kuliah bahasa Indonesia. Selain menjadi penerjemah di beberapa Biro penerjemahan.
(H-ZG/A025)
Oleh Zeynita Gibbons
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013