Jakarta (ANTARA News) - Menjadi penyulih suara (dubber) tidak jauh berbeda dengan berakting. Menurut seiyu (penyulih suara) Jepang Nami Okamoto, penghayatan sangat diperlukan untuk menghasilkan suara yang pas dengan karakter.
"Kalau di teater, akting bisa dilihat mata. Tapi sulih suara berbeda, akting hanya bisa didengar lewat suara dan nafas," tutur Okamoto pada Workshop Seiyu di Japan Foundation Jakarta, Jumat.
Dia memberi contoh dengan mengisi suara pada adegan animasi saat tokohnya sedang berlari, Okamoto berbicara dengan nafas tersengal layaknya orang kelelahan. Agar lebih mudah menghayati, boleh saja menirukan gestur karakter yang dimainkan, lanjutnya, asal tidak berlebihan.
"Nafas kita juga harus ngos-ngosan. Boleh bergerak lari di tempat, tapi kalau sedang mengisi suara kan mikrofon ada di depan kita. Karena hentakan kaki akan mengganggu suara yang masuk mik, geraknya ala kadarnya saja," kata penyulih suara kelahiran 1977 itu.
Okamoto menekankan bahwa penyulih suara harus membayangkan emosi karakter agar ekspresinya dapat ditumpahkan dalam suara.
"Suaranya jangan datar, bayangkan bagaimana caranya seperti kita berbicara pada orang lain," ujar pengisi suara Kana Mizuguchi dalam anime Detektif Conan itu."Jika karakternya bicara malu-malu, tentu suaranya berbeda saat dia sedang nyablak."
Iintensitas suara pun berbeda-beda tergantung jarak lawan bicara.
"Kalau ngomong sama orang di sebelah tentu beda sama orang yang posisinya jauh dari kita. Kalau sama yang jauh teriak, kalau dekat ya pelan," jelasnya.
(nan)
Pewarta: Aditia Maruli Radja
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013