Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa Biomedical and Genome Science initiative (BGSi) fokus pada pelayanan kesehatan secara preventif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

“Saat ini 67 persen biaya kesehatan kita dibebankan untuk pengobatan, dan hanya 17 persen yang dihibahkan untuk bagian preventif. BGSi hadir sesuai dengan fokus pemerintah untuk menjaga kesehatan masyarakat agar tidak sakit dan kualitas hidup meningkat,” kata Co-Founder BGSi Ririn Ramadhany pada diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

BGSi adalah inovasi kesehatan yang berbasis teknologi genomik, yakni mengandalkan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen untuk percepatan implementasi kedokteran presisi dan menentukan pengobatan yang lebih tepat bagi pasien.

Baca juga: Kemenkes: BGSi upaya untuk penanganan penyakit yang lebih baik

“Konsep BGSi yang paling dekat itu ke pilar transformasi pelayanan rujukan, yang ketika dilihat secara holistik (menyeluruh), meliputi aspek layanan primer dan layanan rujukan, kemudian dari segi sistem dan pembiayaan dilihat juga, serta inovasi kesehatan,” kata Ririn.

Ia menjelaskan, BGSi memiliki tugas penting untuk membantu memperbaiki layanan rujukan sehingga Indonesia bisa menghasilkan teknologi terbaik ke rumah sakit-rumah sakit demi ketahanan masyarakat di bidang kesehatan.

“Kita ingin BGSi menjadi pemicu, BGSi tidak pernah mendefinisikan dirinya sebagai pemain, melainkan pendukung, di mana yang didukung itu ekosistem kesehatan kita, dengan para pemain dari akademisi kesehatan, klinisi, teman-teman di startup, dan industri farmasi,” ujar dia.

Baca juga: Kemenkes sebut sudah ada sembilan RS yang terapkan BGSi

Ririn mengatakan, informasi genetik DNA yang dihasilkan dari genomic sequencing bisa digunakan untuk pencegahan, karena setiap orang memiliki DNA yang berbeda, yang juga dapat menimbulkan perbedaan faktor risiko terhadap penyakit.

“Kalau risiko pada penyakit tertentu sudah terdeteksi dulu lewat teknologi genomik, kita pasti bisa mencegah dengan menerapkan pola hidup tertentu, misalnya mencegah untuk tidak mengkonsumsi makanan tertentu,” tuturnya.

Melalui deteksi dini penyakit tersebut, kata dia, teknologi BGSi dapat masuk ke dalam pilar transformasi kesehatan pertama, yakni pencegahan sebelum sakit.

Baca juga: BGSi diharapkan dukung transformasi di bidang pelayanan kesehatan

“BGSi punya tujuan untuk menuntaskan penyakit-penyakit yang risiko penularannya tinggi demi membantu pelayanan di rumah sakit. Dasarnya adalah penggunaan teknologi genomik untuk kedokteran yang presisi,” demikian Ririn Ramadhany.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023