Jakarta (ANTARA News) - Menteri Lingkungan Hidup Rahmat Witoelar mengatakan, ia setuju jika nuklir digunakan sebagai energi alternatif terakhir untuk pembangkit tenaga listrik kendati Indonesia belum siap dalam pendanaan dan prilaku masyarakat. "Saya tidak keberatan PLTN, tapi ini soal praktis saja," katanya di sela-sela rapat koordinasi penataan kelembagaan lingkungan hidup daerah di Jakarta, Jumat (16/6). Ia mengatakan, PLTN merupakan alternatif terakhir setelah energi yang lain digunakan karena Indonesia saat belum siap mengggunakan nuklir sebagai energi pembangkit listrik. "Penggunaan nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik sangatlah mahal dan akan membebani keuangan negara kita saat ini," katanya. Selain itu sumber daya manusia, budaya serta perilaku masyarakat Indonesia pun belum mendukung penggunaan nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik, ujarnya. Sementara itu, Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi), LSM yang menolak pembangunan PLTN di Indonesia, dalam situs resminya menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan telah menandatangani kontrak untuk pembangunan PLTN di Indonesia. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bekerjasama dengan Korean Hydro Nuclear Power Co. LTD, (KHNP) telah menandatangani kesepakatan kerjasama terkait dengan rencana pembangunan PLTN Muria. PLTN Muria itu akan dibangun mulai tahun 2011 dengan kapasitas 6000 MW. PLTN itu, menurut Walhi, menggunakan teknologi yang saat ini banyak dipakai di dunia, yaitu PWR (Pressurized Water Reactor) yang sejauh ini dinilai aman oleh beberapa pihak. Selain PLTN Muria itu, Pemerintah Indonesia juga akan membangun PLTN di Madura pada 2008. (*)
Copyright © ANTARA 2006