"Perihal proses perpindahan, kita (telah) mapping semuanya. Yang pasti, kita pastikan barangnya ada, karena itu milik negara," kata Koordinator Pengembangan Riset berbasis Cryo-EM BRIN, Sandi Sufiandi saat ditemui di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno (KST) Cibinong, Bogor, Selasa.
Baca juga: RDT Micro-chip karya anak bangsa mampu deteksi dini COVID-19
Dia menyebutkan proses perpindahan alat-alat penelitian memerlukan banyak waktu, karena jumlahnya yang banyak, ukurannya yang tidak kecil, serta memerlukan berbagai kalibrasi ketika dipindahkan.
Sebelumnya, beredar isu ketidakjelasan perpindahan alat-alat penelitian milik Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman setelah dilebur ke dalam BRIN.
"Bukan begitu, memang ada dua jenis alat-alat penelitian yang ingin dipindahkan. Salah satunya adalah alat-alat yang masih digunakan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Itu masih di sana," ujarnya.
Dia menjelaskan perpindahan alat-alat penelitian tidak serta-merta harus pindah seluruhnya dengan melihat kepentingannya.
Baca juga: LIPI rancang alat deteksi dini longsor
Baca juga: BRIN dorong agar penelitian memenuhi standar global
"Sisanya, ada beberapa alat penelitian yang diletakkan di tempat yang membutuhkan," tutur doktor mechanical engineering lulusan Tokyo Metropolitan University itu.
"Termasuk universitas yang menghajatkan (membutuhkan) untuk melakukan penelitian, silakan meneliti, di sini banyak mahasiswa, asal mendaftar melalui sistem," kata Sandi Sufiandi.
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023