Perusahaan yang menerapkan praktik ESG umumnya tidak hanya fokus pada pemegang saham mereka semata....

Jakarta (ANTARA) - Direktur PT Infovesta Utama (Infovesta) Parto Kawito menyatakan perusahaan publik yang menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) memiliki potensi pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

“Perusahaan yang menerapkan praktik ESG umumnya tidak hanya fokus pada pemegang saham mereka semata, tapi juga berbagai pemangku kepentingan yang lebih luas, sehingga perusahaan menjadi terpercaya dan akhirnya semakin banyak menarik pelanggan yang berujung pada peningkatan kinerja perusahaan secara positif,” ujar Parto dalam acara bertajuk “The Rise of ESG Investing in Indonesia”, di Ritz Carlton, Jakarta, Selasa.

Parto memaparkan, pertumbuhan kuat dan berkelanjutan perusahaan berbasis ESG terlihat dari pertumbuhan indeks saham-sahamnya, yang jauh melampaui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), maupun saham-saham LQ-45 dan Kompas 100.

Dari empat indeks yang menjadi indikator perusahaan ESG, pertumbuhan tertinggi terdapat pada indeks 45 saham ESG IDX Kehati dan Indeks Sri Kehati, yang masing-masing tumbuh 10,13 persen dan 9,16 persen dalam satu tahun terakhir, hingga 16 Juni 2023.

Kemudian, indeks ESG Sector Leaders IDX Kehati tumbuh sebesar 6,9 persen dan IDX ESG Leaders tumbuh sebesar 3,24 persen, dalam satu tahun terakhir, hingga 16 Juni 2023.

Sementara itu, pada periode yang sama, IHSG dan saham-saham LQ-45 tercatat minus 4,99 persen dan 6,46 persen, hingga 16 Juni 2023.

Parto mengatakan pertumbuhan bisnis perusahaan berbasis ESG turut mendorong produk reksa dana berbasis ESG, yang mencatatkan return (imbal hasil) yang positif, yaitu rata-rata 12,6 persen, dibandingkan return reksa dana non-ESG yang sebesar 1,27 persen.

Saat ini total terdapat 33 produk reksa dana berbasis ESG, dengan total dana kelolaan sebesar Rp4,8 triliun atau merupakan produk reksa dana terbanyak.

Namun demikian, Parto menilai investasi terhadap perusahaan berbasis ESG masih memiliki awareness yang kurang, ditambah keterbatasan perusahaan berbasis ESG itu sendiri.

Dengan demikian, ia menilai perlu dukungan lagi dari berbagai pihak, termasuk regulasi dari pemerintah dan otoritas terkait agar semakin banyak perusahaan berbasis ESG menawarkan saham mereka di pasar modal.

Dalam kesempatan sama, Fund Manager Equity Sucor Asset Management Alexander Yasa mengatakan, melalui pendekatan ESG, bisnis maupun keputusan investasi tidak hanya memperhatikan keuntungan finansial semata, namun juga mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan sosial.

“Mendorong ekonomi berkelanjutan di Indonesia telah menjadi tujuan kita bersama, dan investasi berkelanjutan adalah salah satu alat untuk membawa kita ke sana (ekonomi yang berkelanjutan),” ujar Alexander.

Direktur Keuangan dan Administrasi Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) Indra Gunawan mengapresiasi tren positif dari investasi berbasis ESG dalam beberapa tahun belakangan ini.

“Konsep ESG ini spesifik dan berbasis data, sehingga berguna bagi para investor yang ingin melihat bukti faktual bahwa sebuah perusahaan melakukan apa yang dikatakannya berkelanjutan,” ujar Indra.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kapitalisasi pasar 70 saham emiten ESG di pasar modal Indonesia menguasai 56,87 persen dari total capital market bursa atau senilai Rp5.407 triliun.
Baca juga: LPKR tempatkan ESG sebagai inti misi dan proposisi nilai perusahaan
Baca juga: LPEI mendorong penerapan ESG untuk transformasi ekosistem ekspor

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023