Jakarta (ANTARA) - Nutrionis Madya Direktorat Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Hera Nurlita mengatakan fortifikasi atau pengayaan zat gizi dalam pangan misalnya tepung terigu membantu memenuhi kebutuhan pada zat gizi mikro seperti zat besi.

"Fortifikasi yaitu pengayaan zat gizi mikro. Kalau bicara kebutuhan tubuh kita mungkin jumlahnya enggak banyak, tetapi punya kontribusi besar terhadap seluruh siklus kerja di dalam tubuh," kata dia dalam sesi wawancara yang diadakan di Jakarta, Selasa.

Fortifikasi pada tepung terigu berupa penambahan zat besi, zink, asam folat dan vitamin menjadikan pangan itu membantu mencegah seseorang terkena anemia kekurangan zat besi yang sebenarnya bisa juga dicegah melalui menu makan harian termasuk asupan buah dan sayur.

Baca juga: Pasien gagal ginjal rentan terkena anemia

Hanya saja, mayoritas masyarakat Indonesia belum memenuhi kebutuhan sayur dan buah. Ini berkaca pada data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2018 yang menunjukkan sebanyak 95 persen masyarakat Indonesia kekurangan asupan sayur dan buah. Padahal, kedua pangan ini mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk mencegah anemia.

"Buah dan sayur memberi kontribusi yang cukup besar terhadap kebutuhan vitamin dan mineral, zat mikro. Fungsinya fortifikasi itu untuk memenuhi itu," tutur Hera.

Tepung terigu yang sudah terfortifikasi juga menjadi salah satu pilihan karbohidrat sebagai sumber energi tubuh. Dengan begitu, apabila berbicara jumlah asupan, menurut Hera, biasanya secara proporsional sekitar 50 - 60 persen dari kebutuhan harian.

"Yang diatur kebutuhan karbohidrat satu hari, jadi 60 persen dari kebutuhan kalau dihitung secara individual. Itu boleh tepung terigu, sumber pangan lain. Jadi tidak mengikat harus berapa tepung terigu," jelas dia.

Pemerintah pada tahun 2018 telah mengeluarkan standar fortifikasi baru yakni Standar Nasional Indonesia (SNI 3751:2018) yang menetapkan penggunaan jenis zat besi yang lebih mudah diserap tubuh yakni fero fumarat, fero sulfat, sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Selain fortifikasi, pemberian suplementasi tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri dan wanita hamil juga menjadi cara mencegah anemia pada dua kelompok itu dan ini sudah dijalankan sejak lama.

Dalam kesempatan yang sama, Deputy Country Director Nutrition International Indonesia Rozy Jafar mengatakan fortifikasi tepung terigu dilakukan untuk mengatasi anemia dengan penambahan zat gizi seperti zat besi, zink untuk mengatasi diare serta B12 dan B1.

Menurut dia, fortifikasi harus merupakan komplementer dari kebijakan penurunan kekurangan gizi lainnya, seperti suplementasi tablet tambah darah (TTD) pada ibu hamil, pola konsumsi dan diet.

Baca juga: BKKBN distribusikan PMT bagi ibu hamil & baduta stunting di Temanggung

Baca juga: Wajah anak pucat bisa jadi salah satu tanda talasemia

Baca juga: Wakil Ketua MPR: Kecukupan gizi penting cegah "stunting"

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023