Jakarta (ANTARA) - Pakar ilmu dan teknologi pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Purwiyatno Hariyadi mendorong mahasiswa untuk mengeksplorasi potensi pangan fungsional dari daerah-daerah lokal di Indonesia sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.
"Kami ingin mendorong para mahasiswa untuk lebih aware, lebih sensitif, dan eksploratif terhadap potensi-potensi di sekitarnya, di lokalnya, yang secara tradisi itu juga banyak," kata Purwiyatno dalam webinar yang digelar secara hybrid di Jakarta, Selasa.
Becermin dari situasi pandemi COVID-19 yang lalu, Purwiyatno mengamini bahwa banyak ide bermunculan untuk mengembangkan pangan fungsional berbasis kearifan lokal apalagi Indonesia memiliki sejarah tradisi yang panjang terkait hal tersebut.
"Kita punya tradisi jamu, misalnya, dan itu kalau bisa dikembangkan lebih lanjut menjadi dalam bentuk pangan yang bisa dikonsumsi sehari-hari akan sangat baik," ujar dia.
Baca juga: Kemenkes ganti biskuit dengan bahan pangan lokal pada program PMT
Pakar pangan dan gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. Widjaja Lukita, Ph.D, SpGk(K) mencontohkan bagaimana bahan pangan kedelai yang banyak diolah menjadi produk lokal berupa tempe dan tahu. Dia mengingatkan kedelai tidak hanya dikenal sebagai sumber protein melainkan juga sumber fitoestrogen yang sangat bermanfaat bagi tubuh.
"Selain memenuhi kebutuhan gizi, kalori dan sebagainya, tetapi dia (pangan fungsional) mempunyai biological function atau fungsi biologis yang untuk mencegah penyakit tidak menular," ujar Widjaja.
Pangan fungsional yang memiliki bahan aktif, jelas Widjaja, secara lebih lanjut juga dapat diekstraksi untuk dikembangkan menjadi fitofarmaka yang bermanfaat di dalam ilmu kesehatan terutama untuk pencegahan dan pengobatan.
Pakar perikanan dan ilmu kelautan dari Universitas Diponegoro (Undip) Ambariyanto juga menambahkan bahwa pangan fungsional yang berasal dari laut juga memiliki potensi yang besar untuk dieksplorasi, apalagi mengingat Indonesia menyimpan sumber daya laut yang cukup banyak.
"Kalau mencari bahan untuk dikembangkan di pangan fungsional itu cari biota, organisme, dari laut itu pasti dapat. Tergantung nanti ujinya pakai apa. Misalnya kita kan banyak sekali penelitian-penelitian yang muncul kaitannya dengan bahan aktif yang nanti bisa bermanfaat untuk anti-bakteri, misalnya, atau anti-oksidan, itu banyak sekali potensinya," ujar dia.
"Jadi sebetulnya kalau di Indonesia itu tidak akan pernah ada kesulitan untuk pengembangan pangan fungsionalnya berdasarkan dari produk lokal," pungkas Ambariyanto.
Mengingat urgensi pengembangan pangan fungsional berbasis kearifan lokal, mahasiswa dapat mengikuti program yang mendukung penelitian dengan tema tersebut seperti melalui bantuan dana riset Indofood Riset Nugraha (IRN) periode 2023-2024 khusus bagi mahasiswa strata satu.
"Dengan mengangkat tema lokal, yaitu pangan fungsional berbasis pada potensi dan kearifan lokal ini, setiap mahasiswa di Indonesia diharapkan dapat mempunyai kesempatan yang sama untuk memenangkan IRN ini," pungkas Purwiyatno yang juga merupakan Ketua Tim Pakar IRN.
Baca juga: Indofood siapkan dana riset pangan untuk mahasiswa S1
Baca juga: BKKBN imbau tingkatkan konsumsi pangan lokal cegah stunting
Baca juga: Penas XVI dan komoditas lokal untuk kedaulatan pangan
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023