Beijing (ANTARA/PRNewswire) -- China akan terus mengambil langkah nyata guna mendukung rekan-rekannya sesama negara berkembang, seperti disampaikan Perdana Menteri China Li Qiang, Jumat lalu, pada sesi penutupan "Summit for a New Global Financing Pact" di Paris.
 
KTT ini, diusulkan Presiden Perancis Emmanuel Macron di KTT G20 yang berlangsung di Bali November lalu, menjajaki status dan prospek aksi iklim serta reformasi sistem keuangan internasional.


Sesi penutupan konferensi ini diikuti lebih dari 60 kepala negara, pemerintah, dan organisasi internasional, termasuk Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, serta Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif.


Aksi perubahan iklim


Pemimpin yang menghadiri KTT ini mendorong kerja sama guna mengatasi perubahan iklim, pelestarian keanekaragaman hayati, penanganan masalah utang negara berkembang, serta peningkatan pembangunan berkelanjutan di seluruh dunia.


Negara-negara makmur telah memfinalisasi komitmen pendanaan iklim senilai $100 miliar, serta membentuk pendanaan untuk konservasi keanekaragaman hayati dan hutan, seperti disampaikan Macron, Jumat lalu.


China aktif mempromosikan transisi hijau dan rendah karbon, serta berpartisipasi lewat cara-cara bertanggung jawab dalam mempromosikan transisi energi global, dan menangani perubahan iklim, menurut Li, Kamis lalu, ketika menyampaikan paparan tentang transisi energi.


China ingin bekerja sama dengan negara lain, serta memegang prinsip kepentingan bersama dan kerja sama yang saling menguntungkan. Di sisi lain, China menginginkan inovasi teknologi berperan sebagai motor penggerak utama, menjalin kemitraan energi bersih global demi membangun dunia yang bersih dan indah secara bersama-sama, menurut Li.


Reformasi sistem keuangan


Ketika menyampaikan kata penutup, Macron berkata, sebuah konsensus tercapai tentang reformasi lembaga keuangan dunia, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), serta menjadikan lembaga ini "lebih efisien, adil, dan tepat dengan dunia masa kini."


Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengingatkan, sistem keuangan dunia saat ini memperparah ketimpangan, serta menghambat akses pinjaman dan utang bagi negara-negara termiskin yang membutuhkan dan layak mendapatkannya.


"Setelah berusia 80 tahun, arsitektur keuangan global kini telah ketinggalan zaman, tidak berfungsi dengan baik, serta tidak adil. Arsitektur keuangan global tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan dunia pada abad ke-21: dunia multipolar dengan perekonomian dan sistem finansial yang saling terintegrasi, namun juga diliputi ketegangan geopolitik dan risiko sistemis yang kian nyata."


Maka, Li turut mendorong lembaga keuangan agar menyelesaikan babak baru reformasi tentang kuota dan hak suara, serta meningkatkan aspirasi pasar dan negara berkembang.


China, bersama komunitas internasional, mendukung liberalisasi dan fasilitas perdagangan dan investasi, serta menentang proteksionisme, pemisahan diri, serta gangguan terhadap rantai suplai dalam bentuk apa pun, seperti dijelaskan Li.


Perdana menteri China ini juga memilih Eropa sebagai tujuan kunjungannya yang pertama sejak mulai menjabat. Kepada Macron, dia menyampaikan, China dan Eropa memiliki kekuatan masing-masing, dan harus mempererat kerja sama.


China dan Eropa harus mengatasi ketidakpastian situasi internasional dengan stabilitas hubungan China-Eropa, serta bekerja sama mempromosikan pembangunan berkelanjutan demi umat manusia, seperti dipaparkan Li di KTT tersebut.



Source : CGTN


Press Contact


NARAHUBUNG: Jiang Simin, +86-188-2655-3286, cgtn@cgtn.com

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023