Jakarta (ANTARA) - ChildFund Internasional di Indonesia menilai bahwa anak-anak, terutama anak remaja, yang tinggal di daerah dengan akses internet yang cenderung sulit juga memiliki risiko yang sama tingginya dengan anak-anak di kota besar untuk menjadi pelaku dan korban kekerasan daring.

"Biasanya kan kita pikir bahwa kayak NTT di daerah-daerah yang luar, internetnya lebih susah, ya. Tetapi, dari riset kami, kami menemukan bahwa di Jakarta, sebagai kota besar, dan juga di NTT itu risikonya sama," kata Spesialis Perlindungan Anak dan Advokasi ChildFund Internasional di Indonesia Reny Haning saat dijumpai di kantor ANTARA, Senin.

Pada tahun lalu, organisasi nirlaba tersebut meluncurkan penelitian terkait fenomena perundungan, eksploitasi seksual, dan kekerasan online terhadap anak dengan responden dari empat provinsi di Indonesia antara lain DKI Jakarta, Jawa Tengah, Lampung, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Penelitian menunjukkan lima dari 10 anak dan remaja telah menjadi pelaku perundungan daring, sementara enam dari 10 anak menjadi korban perundungan daring. Penelitian itu melibatkan 1.610 responden dari kalangan pelajar dan mahasiswa yang berusia 13-24 tahun.

"Kami juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara (anak) laki-laki dan (anak) perempuan. Artinya baik laki-laki maupun perempuan itu sama-sama punya risiko yang tinggi untuk mengalami cyber bullying ini," kata Reny.

Baca juga: Himpsi: Modul pelatihan orangtua jawaban lindungi anak di era digital

Dengan semakin banyaknya anak-anak sebagai pengguna ponsel pintar pascapandemi COVID-19, Reny mengatakan risiko kekerasan daring pun semakin meningkat mulai dari perundungan daring, pelecehan daring, hingga pelanggaran privasi.

Mengingat urgensi permasalahan tersebut, Reny mengatakan ChildFund tengah menjalankan inisiatif program "Swipe Safe" melalui intervensi berbagai pihak salah satunya kepada anak-anak.

"Untuk anak-anak, anak remaja khususnya, kami beri pelatihan-pelatihan atau menambahkan keterampilan praktis bagaimana mereka seharusnya berinteraksi di dunia online supaya lebih aman," ujar dia.

Reny menekankan bahwa ketahanan diri anak merupakan hal yang penting, mereka harus memiliki kepercayaan diri sekaligus kontrol diri yang baik. Oleh sebab itu, ChildFund juga membekali kecakapan hidup kepada anak-anak mulai dari cara menjaga privasi di dunia daring hingga cara berelasi secara sosial dan emosional di dunia daring.

"Kami merasa penting atau urgen untuk membuat riset dan intervensi untuk program ini supaya benar-benar mereduksi kekerasan online dan juga mencegah anak-anak kita tidak terekspos (dengan kekerasan)," kata Rany.

Baca juga: Kemen PPPA minta orang tua awasi anak bermedsos

Baca juga: Bintang: Literasi digital lindungi perempuan dari bahaya media sosial

Baca juga: Literasi digital langkah awal cegah anak dari kekerasan "online"

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023