Semenjak dimekarkan hingga saat ini Provinsi Maluku Utara Ibu Kota Sofifi masih menumpang di wilayah Kota Tidore Kepulauan
Ternate (ANTARA) - Gubernur Maluku Utara (Malut), KH Abdul Gani Kasuba (AGK) meminta agar seluruh Pengurus Wilayah (PWNU) Malut untuk menunjukkan kepedulian terhadap dunia pendidikan, guna membangun sumber daya manusia (SDM) unggul di daerah ini, khususnya pada tingkat perguruan tinggi.
"Saya memiliki keinginan untuk meningkatkan SDM yang berkualitas di Malut, sehingga sejak di tahun 2015 kita telah menganggarkan Rp100 miliar setiap tahun, dan dialokasikan untuk seluruh perguruan tinggi yang ada di Malut," katanya saat menyampaikan sambutan pada pelantikan PWNU Malut di Ternate, Minggu.
Gubernur Malut, juga menghadiri sekaligus menyaksikan pelantikan PWNU Provinsi Maluku Utara, Masa Khidmat 2022-2027 oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH.Yahya Cholil Staquf dan dihadiri Sekretaris Jendral PBNU Saifullah Yusaf, Wakil Ketua Umum PBNU, Forkopimda Malut, Wali Kota Ternate, Sekda Malut, pengurus NU Maluku Utara, para pengurus NU kabupaten/kota
Pada kesempatan tersebut, Gubernur juga menyatakan sebuah negeri dikatakan baik dan maju apa bila didukung dengan SDM yang berkualitas.
Gubernur Malut, juga menyinggung soal Ibu Kota Sofifi di Hadapan Ketua PBNU, KH.Yahya Cholil
Menurut dia, semenjak dimekarkan hingga saat ini Provinsi Maluku Utara Ibu Kota Sofifi masih menumpang di wilayah Kota Tidore Kepulauan.
"Pak Kiai, Ibu Kota Provinsi Sofifi itu kita masih numpang di Kota Tidore, tetapi muda-mudahan sebelum selesai akhir masa jabatan, Sofifi sudah menjadi sebuah ibu kota definitif," ungkap Gubernur.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU KH.Yahya Cholil Staquf berharap kepada Ketua PWNU Maluku Utara serta para pengurus lainnya yang telah dilantik dapat mewujudkan suatu kinerja organisasi yang mampu menyumbangkan arah strategis kepada masyarakat menuju masa depan yang lebih baik.
"Para pengurus harus konsolidasi sedemikian rupa agar mampu bekerja secara padu untuk menjalankan akidah strategis yang tertata dengan rapi," harap KH. Yahya.
Ia menyampaikan, nasionalis Indonesia adalah rasa kebangsaan Indonesia ini berakar pada Islam, warga NU menjadi nasionalis karena warga NU religius, menjadi nasionalis karena warga NU adalah Islam, sehingga jangan dipisah-pisahkan antara kebangsaan dan keimanan, sebab mencintai tanah air adalah sebagian dari iman.
"Apabila engkau religius sudah pasti engkau nasionalis, dan sebaliknya engkau mengakui religius tapi tidak mencintai Tanah Air berarti engkau salah dalam memahami agama,"jelas Yahaya Cholil Staquf.
Harus dipahami dengan sungguh-sungguh sampai dititik mana bangsa ini telah berjalan, dan apa tantangan-tantangan yang menjelang sehingga kita bisa mengatasi tantangan-tantangan itu, dalam perjuangan bangsa ini NU tidak akan tinggal diam, NU akan selalu siap mengarahkan semua kekuatan untuk menyumbangkan sesuatu yang berarti dan bermanfaat untuk membangun bangsa dan negara ini," katanya.
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023