Beijing (ANTARA) - Otoritas China di Beijing mengizinkan 20 wisatawan Jepang untuk mengunjungi Daerah Otonomi Xinjiang, daerah yang banyak dihuni etnis minoritas Muslim Uighur.

Kunjungan wisata ke China diizinkan kembali setelah tertunda selama satu tahun akibat kebijakan antipandemi COVID-19 yang ketat di negara itu.

"Rombongan pertama wisatawan kini telah memulai kunjungan. Yang pasti, mereka akan merasakan pengalaman di sana dan tidak lagi salah paham," kata Konsul Jenderal China di Osaka Xue Jian seperti dikutip media setempat, Minggu.

Dengan biaya sebesar 327.000 yen (sekitar Rp34,2 juta) per orang, para wisatawan dari Osaka itu mengunjungi lima kota di Xinjiang: Urumqi, Turban, Aksu, Korla, dan Kashgar.

Konsulat Jenderal China di Osaka menerbitkan surat pemberitahuan pada 2 Desember 2021 tentang dibukanya akses kunjungan wisata ke Xinjiang setelah pandemi COVID-19 berakhir.

Kebijakan tersebut menarik perhatian media di Jepang sehingga dalam kurun waktu kurang dari sebulan sebanyak 1.028 wisatawan setempat mengajukan permohonan visa kunjungan.

Para turis Jepang itu juga mengunjungi museum antiterorisme di Urumqi, beberapa masjid, dan perkebunan kapas.

Xinjiang, yang berada di wilayah paling barat daratan Tiongkok itu, menjadi sorotan dunia dalam beberapa tahun terakhir akibat berbagai isu terkait pelanggaran hak asasi manusia, genosida, dan kerja paksa.

"Kami berharap melalui kunjungan ini, Xinjiang akan menjadi jendela bagi warga Jepang agar lebih tertarik lagi dengan model pembangunan di China dan mengubah pandangan mereka tentang China," kata Xue dalam wawancara dengan Global Times.

Baca juga: Jalan raya indah di Xinjiang dibuka kembali usai penutupan musiman
Baca juga: Alataw Pass di Xinjiang tangani 3.000 kereta kargo Eropa

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023