Kali ini akan dilaksanakan di 10 pulau perbatasan. Riset ini guna melanjutkan pembuatan film."

Jakarta (ANTARA News) - Setelah berhasil membuat film semisecientific di Pulau Marore, Indonesia Maritime Institute (IMI) kembali melakukan kunjungan riset ke pulau-pulau kecil terluar NKRI.

"Kali ini akan dilaksanakan di 10 pulau perbatasan. Riset ini guna melanjutkan pembuatan film." kata Direktur Eksekutif IMI Dr Y Paonganan kepada wartawan, Selasa.

Sebelumnya IMI juga telah membuat film semi scientific Jurnal dari Pulau Terluar episode Pulau Marore yang telah diluncurkan oleh Mentri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo pada 6 Oktober 2012.

Menurut Paongnan, riset tersebut bertujuan untuk mengkaji dan mendokumentasikan kondisi keberadaan pulau kecil terluar.

"Hasilnya diharapkan berupa laporan dan film semiscientific 'Jurnal dari Pulau Terluar' yang merupakan lanjutan dari rangkaian kegiatan 'IMI Goes to Small Island'. Hasil ini diharapkan bisa jadi rekomendasi kepada pemerintah dan pihak terkait untuk melakukan pengelolaan pulau terluar menjadi beranda depan NKRI," katanya.

Selain itu, IMI juga berharap agar film tersebut nantinya bisa menyadarkan masyarakat Indonesia bahwa ada pulau kecil terluar yang miliki peran strategis dalam wilayah NKRI.

Sebagai catatan, jumlah pulau terluar Indonesia sebanyak 92 pulau, 32 pulau diantaranya berpenduduk. "Tentu perlu perhatian serius dari pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia," ujarnya.

Saat ini IMI, lanjut Paonganan, akan melakukan kegiatan riset di 10 pulau terluar yang berpenduduk yaitu Pulau Nusakambangan (Cilacap), Pulau Pelampong, Pulau Nipa (Kepri) dan Subi Kecil di perairan Natuna.

Selanjutnya, Pulau Sebatik dan Pulau Maratua di perbatasan Indonesia Malaysia, Pulau Miangas, Pulau Kawio dan Pulau Makalehi di Sulawesi Utara serta Pulau Alor di NTT.

"Program ini merupakan kerjasama IMI dengan Ditjen KP3K-KKP dan didukung juga oleh TNI AL dan LEN," katanya.

Paonganan menambahkan, saat ini tim IMI dan KP3K-KKP sedang berada di Pulau Nusakambangan sebagai titik awal dari kegiatan riset pulau terluar tersebut.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013