Harare (ANTARA) - Sebanyak 11 kandidat akan mencalonkan diri sebagai presiden Zimbabwe dalam pemilihan pada Agustus, setelah beberapa calon didiskualifikasi karena gagal mengumpulkan 20.000 dolar Zimbabwe (Rp320 juta) untuk muncul di surat suara, kata komisi pemilu pada Kamis (22/6).
Beberapa kandidat di antaranya adalah petahana Emmerson Mnangagwa dari partai ZANU-PF, melawan pendeta sekaligus pengacara Nelson Chamisa dari Koalisi Warga untuk Perubahan (CCC), yang dipandang sebagai penantang terkuat.
Komisi pemilu mengatakan bahwa beberapa kandidat telah didiskualifikasi dari pemilihan presiden, beberapa di antaranya termasuk Linda Masarira, yang gagal membayar sejumlah uang untuk mengamankan slotnya pada Rabu (21/6). Mundurnya Masarira memupuskan harapan adanya seorang kandidat perempuan di puncak pemerintahan Zimbabwe.
"Saya telah menjelaskan bahwa uang sejumlah itu itu terlalu tinggi, bersifat diskriminatif, dan melanggar bagian yang berbicara tentang non-diskriminasi di mata hukum," kata Masarira.
Zimbabwe akan memilih presiden dan parlemen baru pada 23 Agustus.
Persaingan antara Mnangagwa dan Chamisa tetap yang terdepan untuk menghidupkan kembali kekayaan ekonomi negara Afrika bagian selatan yang memudar itu, tetapi beberapa calon presiden independen telah muncul dalam beberapa pekan terakhir.
Terdapat Savior Kasukuwere yang sempat mengasingkan diri dan mantan menteri di kabinet Robert Mugabe yang akan mencalonkan diri sebagai kandidat independen. Para analis politik memperkirakan Kasukawere akan memecah perolehan suara dari kubu ZANU-PF.
Kasukuwere, yang melarikan diri dari negara itu selama kudeta yang menggulingkan Mugabe, sebelumnya menyimpan ambisi menjadi presiden.
Sementara Presiden Mnangagwa (80) mencalonkan lagi dirinya di tengah keruntuhan ekonomi, dengan dolar Zimbabwe anjlok lebih dari 50 persen bulan ini terhadap dolar AS.
Namun Mnangagwa tetap memuji proses demokrasi Zimbabwe saat dia mengajukan pencalonannya di Pengadilan Tinggi pada Rabu.
"Proses demokrasi di seluruh Zimbabwe berjalan dengan sangat baik dan ini menunjukkan bahwa negara kami memiliki demokrasi yang matang. Proses yang sangat damai ini lah yang kami inginkan," ujarnya.
Chamisa, yang kalah tipis dalam pemilihan terakhir pada 2018, mengatakan partainya siap untuk mengambil alih pemerintahan kali ini.
Baca juga: Mahkamah konstitusi Zimbabwe nyatakan Mnangagwa pemenang pilpres
Baca juga: Dua seteru capres Zimbabwe berebut klaim menang dalam pemilu
Sumber: Reuters
Penerjemah: Resinta Sulistiyandari
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023