Tugas utama adalah untuk menjaga keseimbangan untuk kepentingan peternak, dan juga kepentingan konsumen"
Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan bahwa dia tidak suka proses pengurusan izin daging impor yang berbelit-belit karena itu dia menginginkan adanya pelayanan pengurusan izin impor terpadu.
Apabila ada perusahaan yang ingin melakukan izin impor daging sapi di kementeriannya, nantinya akan ada "desk" dari Kementerian Pertanian yang bisa memberikan fasilitas terkait hal teknis dan juga kriteria importir yang disepakati.
Berikut wawancara Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dengan Antara di kantornya, Jakarta, Senin, terkait dengan masalah impor daging sapi.
Antara: Terkait harga daging sapi yang melambung, apa langkah yang telah dilakukan oleh Kementerian Perdagangan?
Mendag: Tadi pagi (Senin, 25/2) kita telah rapat dengan Menko Perekonomian, Menteri Pertanian, Menteri BUMN, Wamen Keuangan, Wamen PU, dan Dirut Bulog, untuk masalah sapi. Menurut saya, cukup sederhana karena ini pada akhirnya hanya terkait dengan suplai dan permintaan. Saya berkepentingan untuk menjaga stabilitas harga, dan harga saat ini sudah mencuat ke Rp95.000 per kilogram yang tadinya hanya Rp60.000 per kilogram.
Bagi peternak sapi yang berada di provinsi dan memiliki pasokan melebihi kebutuhan sangat diuntungkan. Namun, jangan lupa, kita memiliki 34 provinsi yang masih banyak provinsi yang tidak memiliki surplus untuk daging sapi seperti yang dimiliki oleh beberapa provinsi lain.
Tugas utama adalah untuk menjaga keseimbangan untuk kepentingan peternak, dan juga kepentingan konsumen. Stabilitas harga harus dijaga dengan cara permintaan harus bisa diatur atau suplai yang mencukupi.
Antara: Kurangnya pasokan daging sapi apa saja faktornya?
Mendag: Teorinya ada berbagai macam, ada pedagang yang sengaja menimbun, dan ada juga pemasok yang tidak bisa mengirimkan barangnya ke titik lain karena terhambat di titik transitnya, dan ada juga yang pasokannya tidak cukup. Oleh karena itu, kita harus realistis, jangan sampai kita terbelenggu oleh paradigma antiimpor.
Kita perlu keterbukaan, saya sangat mendukung agar seluruh peternak dalam negeri bisa diberikan kesejahteraan yang maksimal, tapi jangan sampai kawan-kawan kita di beberapa provinsi harus mengeluarkan uang mencapai Rp120.000 untuk membeli 1 kilogram daging.
Antara: Bagaimana proses yang terbaik untuk melakukan impor daging sapi?
Mendag: Jika kita mau melakukan importasi daging, prosesnya harus transparan, dan saya usulkan untuk dilakukan lelang, tadi telah disepakati oleh Menko Perekonomian, dan Menteri Pertanian. Untuk konsepnya, kami ditugaskan untuk memfinalisasi kerangka dan formulasinya dalam waktu satu sampai dua minggu ini.
Antara: Apakah lelang ini merupakan langkah yang terbaik?
Mendag: Saya melihat, jika lelang ini dilakukan dengan baik, akan membuahkan proses yang baik juga dan bisa dipertanggungjawabkan, serta akan menghasilkan harga yang terbaik untuk para konsumen.
Antara: Tata niaga tetap dipertahankan?
Mendag: Tata niaga akan tetap dipertahankan, tapi saya tetap akan menyuarakan dan mengedepankan semangat untuk segala sesuatu yang tidak rumit, saya tidak suka jika proses terlalu berbelit-belit.
Konsep yang bisa diberlakukan adalah pelayanan terpadu satu pintu, dan yang saya bayangkan, apabila seseorang ingin mengurus izin impor di Kementerian Perdagangan, nantinya akan ada "desk" dari Kementerian Pertanian yang memberikan fasilitas hal teknis dengan kriteria yang disepakati.
Kriteria itu, antara lain, adalah fasilitas yang memadai seperti infrastruktur yang memadai, perusahaan harus melakukan penyerapan produk ternak dalam negeri, dan harus didasari oleh kepentingan untuk meningkatkan produksi nasional.
Jangan sampai, untuk impor tersebut dipersepsikan sebagai permainan satu pihak saja. Namun, harus dipersepsikan sebagai instrumen kebijakan yang bisa menopang produksi nasional.
Antara: Sekarang terkesan ada pandangan untuk antiimpor?
Mendag: Saya sudah menyampaikan bahwa jangan sampai kita menjadi yang serba antiimpor. Kita harus melakukan apa yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan suplai di dalam negeri. Dan, ini jembatan impor tersebut, diperlukan untuk pemenuhan impor bibit, benih, sapi, dan pemberlakuan kebijakan apa pun agar produksi dalam negeri meningkat.
(A023)
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013