Jakarta (ANTARA) - Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Hokkaido, Jepang, menggandeng Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo dalam menggelar pertemuan ilmiah tahunan ke-18 pada Sabtu pada 17 Juni 2023 guna mendorong harmonisasi riset pangan terkini dengan pertimbangan ekologi dan sosial, demikian keterangan pers panitia yang diterima ANTARA Jakarta Kamis.

Acara yang dinamakan Hokkaido Indonesian Student Association Scientific Meeting (HISAS18) itu dihadiri puluhan peserta dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga riset di Indonesia dan Jepang.

"Konsepnya masih kami tekankan sesuai harapan para pendiri HISAS yaitu mempertemukan para mahasiswa dan pakar yang setelahnya diharapkan dapat menjadi partner studi dan riset”, ujar ketua panitia HISAS18 Hagia Sophia Khairani dalam sambutannya.

Dengan mengangkat tema "Harmonization of Cutting-Edge Food Research with Ecological and Social Considerations", pertemuan ilmiah itu bertujuan mendiskusikan inovasi dan penemuan terkini dalam riset pangan yang juga mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial.

Acara yang berlangsung di Hokkaido University itu dibuka oleh tiga perwakilan dari universitas, yaitu Teruo Sone, Noboru Noguchi dan Maria Stefanie Dwiyanti. Mereka menyambut puluhan peserta HISAS18 dengan menjelaskan perkembangan Hokkaido University sebagai fasilitas studi yang dinilai unggul dalam bidang riset pangan.

Beberapa ilmuwan terkemuka di bidang riset pangan menjadi pembicara dalam acara itu.

Mereka antara lain Teruo Sone dari Hokkaido University, Sintho Wahyuning Ardie dari Fakultas Pertanian IPB, Donald Siahaan dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit, dan Christofora Hanny Wijaya dari Fakultas Teknologi Pertanian IPB, yang juga koordinator Hokkaido University Indonesia Front Office sekaligus Duta Hokkaido University.

Teruo Sone dalam paparannya menekankan perlunya konsep riset pangan dan penelitian pangan komprehensif dapat menyelesaikan tantangan global dengan memanfaatkan potensi lokal.

Sementara itu, untuk meningkatkan produksi pangan global, Sintho Wahyuning Ardie menguraikan peran bioteknologi tanaman dalam peningkatan produktivitas secara berkelanjutan.

Bioteknologi tanaman juga dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk beradaptasi terhadap berbagai perubahan iklim dan pemenuhan kebutuhan sosial yang dinamis.

Selain membahas riset pangan hingga implementasi di lapangan, interaksi ilmiah para peneliti juga difasilitasi untuk menghasilkan riset-riset berkelas internasional.

Untuk itu, Christofora Hanny Wijaya dalam paparannya menggambarkan kemitraan yang telah dijalin, khususnya antara para ilmuwan di Indonesia dan Hokkaido University.

Sementara itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Tokyo Yusli Wardianto memaparkan berbagai kegiatan kemahasiswaan di bidang akademik dan kebudayaan yang dapat didukung oleh KBRI Tokyo.

"Isu pangan global yang diangkat pada HISAS ke-18 sangat relevan dan membutuhkan media untuk pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan lintas generasi untuk memahami konsep riset pangan secara holistik," katanya di akhir acara.

Sedangkan Ketua PPI Hokkaido periode 2022-2023 Daniel Nicocaesar Siahaan menyampaikan harapan untuk munculnya ide-ide baru tentang implementasi SDGs sektor pangan dari diskusi yang dibangun selama pelaksanaan HISAS.

Baca juga: Dubes RI: PPI bisa bantu perkuat hubungan Indonesia-Jepang
Baca juga: KBRI Tokyo apresiasi PPI Hiroshima carikan beasiswa lewat pertanian
Baca juga: Yenny Wahid ajak alumni PPI lakukan gerakan sosial untuk masyarakat

Pewarta: Katriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023