Jakarta (ANTARA) - Head of Research & Investment Connoisseur Moduit Manuel Adhi Purwanto mengatakan pergerakan pasar saham Indonesia akan cenderung positif menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 nanti.

Secara historis, pihaknya mencatat selama enam bulan sebelum Pemilu dalam lima periode Pemilu sebelumnya, pasar saham Indonesia selalu menunjukkan grafik peningkatan, sebagaimana dalam diskusi media di Jakarta, Kamis.

Periode pemilu tersebut, diantaranya pada 20 Oktober 1999, 5 Juli 2004, 8 Juli 2009, 9 Juli 2014, dan 17 April 2019, yang mana IHSG terapresiasi masing-masing 20,26 persen, 5,9 persen, 48,52 persen, 19,6 persen, dan 11,73 persen.

Namun demikian, dia memastikan bahwa Pemilu tidak berperan sebagai penggerak utama IHSG, yang mana masih akan tetap didominasi dari volatilitas di tingkat global, khususnya dari Amerika Serikat (AS).

“Jadi kalau saya sebut, kondisi ekonomi global itu lebih menjadi fokus utama, tema utama di pasar daripada Pemilu itu sendiri. Pemilu hanya memberikan support terhadap tema utama yang ada di global,” ujar Manuel.

Kemudian, enam bulan setelah Pemilu, pada tiga dari lima periode Pemilu sebelumnya menunjukkan pertumbuhan positif, dengan dua periode cenderung negatif.

Periode pemilu tersebut, diantaranya pada 5 Juli 2004, 8 Juli 2009, dan 9 Juli 2014, IHSG masing-masing terapresiasi 36,29 persen, 25,49 persen, dan 3,36 persen.

Kemudian, pada Pemilu 20 Oktober 1999, IHSG terdepresiasi 9,93 persen, dan pada Pemilu 17 April 2019 yang turun 4,81 persen.

Pemerintah sendiri menyiapkan anggaran untuk Pemilu 2024 sebesar Rp76,6 triliun, atau lebih tinggi dibandingkan anggaran Pemilu sebelumnya sebesar Rp25 triliun.

Manuel menyakini hal tersebut akan positif bagi peningkatan perputaran uang, terutama terkait konsumsi di berbagai sektor seperti iklan, Food & Beverages (F&B), transportasi, retail, dan jasa.

“Jadi bisa kita bayangkan dengan tambahan uang yang beredar ini juga akan sangat positif, apalagi yang berkaitan langsung dengan aktivitas pemilu. Jadi kesimpulan saya, ekonomi Indonesia harusnya kuat, apalagi ada Pemilu malah jadi booster tambahan untuk mensubstitusi risiko di penurunan harga komoditas,” ujar Manuel.

Kondisi makroekonomi Indonesia tercatat kuat dengan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I-2023 tumbuh 5,03 persen year on year (yoy), atau di atas ekspektasi sebesar 4,95 persen (yoy).

Pertumbuhan ekonomi masih ditopang aktivitas konsumsi yang naik 4,54 persen (yoy) dengan konsumsi rumah tangga menyumbang 53 persen dari PDB Indonesia.

Menurunnya harga komoditas terutama batu bara, telah menurunkan nilai ekspor dari titik tertinggi pada Agustus 2022 sebesar 27,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) menjadi 21,7 miliar dolar AS periode Mei 2023.

Nilai impor Mei 2023 tercatat 21,2 miliar dolar AS, atau meningkat dari April 2023 sebesar 15,3 miliar dolar AS, akibat kenaikan impor bahan baku terutama dari Tiongkok yang melonjak 43 persen menjadi 5,95 miliar dolar AS.

Neraca dagang Indonesia mencatatkan surplus selama 37 bulan, meskipun pada Mei 2023 hanya surplus 440 juta dolar AS.


Baca juga: BI: Dana asing keluar Rp2,38 triliun, terbesar dari pasar saham

Baca juga: OJK catat pasar modal Indonesia himpun dana Rp102 triliun hingga Mei

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023