APSF akan menerjemahkan lagu ini ke 11 bahasa negara-negara ASEAN,
Jakarta (ANTARA) - Indonesia telah menjadi juara umum pada ajang kompetisi olahraga bagi penyandang disabilitas ASEAN Para Games sebanyak tiga kali berturut-turut, yakni pada 2017 di Malaysia, 2022 di Indonesia, dan yang terbaru 2023 di Kamboja.
Namun, sebagaimana kompetisi olahraga pada umumnya, olahraga adalah tempat di mana banyak perbedaan menjadi satu tanpa pandang bulu. Tempat di mana perbedaan ras, warna kulit, bahasa, politik, dan hal lainnya semua dikesampingkan untuk sejenak menikmati kompetisi antarbangsa dalam nama olahraga.
Pun bagi penyandang disabilitas, olahraga jugalah yang menjadi pemersatu dari perbedaan keterbatasan fisik untuk tetap bisa bersama-sama berkompetisi sebagaimana orang-orang nondisabilitas. Inklusivitas paling terasa pada kompetisi olahraga seperti para games atau paralimpiade.
Pemerintah Indonesia, melalui pernyataan Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo pada kompetisi ASEAN Para Games Ke-12 di Kamboja menegaskan bahwa Pemerintah tidak memberikan perbedaan perlakuan terhadap pemberian fasilitas olahraga baik itu untuk olahraga nondisabilitas ataupun olahraga bagi penyandang disabilitas.
Diberikannya bonus bagi para peraih medali di SEA Games maupun ASEAN Para Games dengan jumlah yang sama merupakan salah satu bentuk kesetaraan yang dikedepankan oleh pemerintah. Selain itu, dibangunkannya fasilitas olahraga untuk pemusatan latihan bagi atlet penyandang disabilitas di Karanganyar Jawa Tengah memperkuat sikap tersebut.
Semangat kesetaraan tersebut tentunya bukan hanya milik Indonesia sendiri. Inklusivitas bagi penyandang disabilitas memang sudah sepatutnya terjadi di berbagai aspek kehidupan, termasuk olahraga.
Salah satu semangat kesetaraan yang menjalar dari Indonesia ke ASEAN berasal dari penciptaan lagu ASEAN Para Sports Federation (APSF) yang merupakan karya anak bangsa Natalia Tjahja.
Natalia Tjahja, pendiri Yayasan Maria Monique Last Wish Foundation yang berfokus membantu anak-anak kurang beruntung, termasuk penyandang disabilitas, menuliskan lagu bertemakan semangat dan persatuan pada negara-negara ASEAN, khususnya bagi para atlet penyandang disabilitas.
Lagu itu diberi judul The Greatest Love of APSF dan dijadikan sebagai APSF Anthem yang akan dikumandangkan pada setiap ajang kompetisi ASEAN Para Games.
Natalia mengatakan bahwa dirinya diminta secara langsung oleh Sekretaris Jenderal APSF Senior Kolonel Wandee Tosuwan untuk menuliskan lagu tersebut dan dijadikan sebagai anthem bagi organisasi olahraga disabilitas se-Asia Tenggara tersebut.
Kolonel Wandee menyatakan bahwa dirinya terkesan dengan lagu tema ASEAN Para Games ke-11 di Solo 2022, yang juga ditulis oleh Natalia. Berangkat dari hal tersebut, Wandee meminta Natalia menuliskan lagu bertemakan persatuan negara-negara ASEAN dalam potret olahraga penyandang disabilitas.
Natalia menyodorkan lirik lagu berjudul The Greatest Love of APSF, dan hanya dilakukan sedikit koreksi untuk selanjutnya dilakukan rekaman pembuatan lagu tersebut.
Presiden APSF Mayor Jendral Osoth Bhavilai, Sekjen APSF Wandee Tosuwan, serta penyanyi dari Thailand Tirachot Catthaweesak dan dua musisi remaja Indonesia Jaythaneal Sutrisno serta Jadrianna Sutrisno terlibat langsung dalam proses rekaman lagu APSF. APSF Anthem diaransir oleh Yukina Mebuki yang merupakan musisi dari Jepang.
APSF Anthem dinyanyikan oleh empat penyanyi yaitu musisi Indonesia Delon Thamrin, Ricardo Ryo, Jahna Perricone yang merupakan penyanyi Amerika Serikat pemenang 7 Award, dan Natalia Tjahja sendiri.
“Rencana kami, APSF akan menerjemahkan lagu ini ke 11 bahasa negara-negara ASEAN, sehingga tiap negara bisa menyanyikannya dengan bahasa sendiri,” kata Wandee.
Natalia kini ditunjuk menjadi Duta Asean Para Sports Federation untuk negara-negara ASEAN. Dia menyebut bahwa dirinya akan melakukan perjalanan ke negara-negara ASEAN untuk mengemban tugas membawa lagu The Greatest Love of APSF untuk bisa diterjemahkan ke-11 bahasa.
“Dalam semua perjalanan kami, saya melihat harapan dan perjuangan para atlet difabel. Saya akan melakukan road show untuk bertemu Perdana Menteri dan Menteri di ASEAN karena kami memiliki lagu warisan The Greatest Love of APSF yang akan dinyanyikan dalam 11 bahasa negara Asia Tenggara,” kata Natalia.
Dalam ajang kompetisi olahraga bagi penyandang disabilitas ASEAN Para Games ke-12 di Kamboja yang berlangsung 3 Juni hingga 9 Juni lalu, Indonesia keluar sebagai juara umum dengan torehan 158 emas, 148 perak, dan 95 perunggu.
Capaian juara umum ini merupakan ketiga kalinya yang didapatkan Indonesia secara berturut-turut pada ajang ASEAN Para Games sejak 2017 hingga 2023.
Tak hanya mencetak rekor menjadi juara umum tiga kali berturut-turut, Indonesia juga mencatat sejumlah rekor lainnya di bidang olahraga penyandang disabilitas seperti raihan perak dan perunggu terbanyak, dan juga atlet dengan emas terbanyak.
Atlet para renang Indonesia Maulana Rifky Yavianda menjadi bintang pada ASEAN Para Games Kamboja 2023 yang digelar di Phnom Penh, Kamboja. Maulana Rifky secara mengejutkan berhasil membawa pulang tujuh keping medali emas dari cabang olahraga para renang.
Tujuh medali emas yang disumbangkan Maulana Rifky dihasilkan dari nomor 4 x 100 meter Gaya Ganti Estafet Putra, 50 meter Gaya Dada Putra S12, 100 meter Gaya Bebas Putra S12, 100 meter Gaya Punggung Putra S12, 100 meter Gaya Kupu-kupu Putra S12, 50 meter Gaya Bebas Putra S12, dan 4 x 100 meter Gaya Bebas Estafet Putra.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023