Beijing (ANTARA) - Sistem China, yang merupakan produk dari sejarah unik, selaras dengan realitas spesifik dan lebih baik dalam memberikan stabilitas, kemakmuran, serta kebebasan bagi rakyatnya, kata seorang pengusaha asal Prancis Arnaud Bertrand.
Dalam sebuah debat daring panas "Apakah Sistem China Lebih Baik Dibandingkan Sistem Amerika?", Bertrand menekankan bahwa model China memainkan perannya secara unik serta merupakan produk sejarah.
"Model tersebut juga cocok dengan konteks yang sangat khusus di China saat ini," kata pria Prancis yang pernah tinggal di China itu.
Debat yang digelar organisasi pendidikan nirlaba Amerika Serikat (AS), Intercollegiate Studies Institute, pada April tersebut menarik hampir 1.200 komentar di YouTube yang mayoritas setuju dengan Bertrand.
"Sebagai warga Singapura, saya menyambut baik pertumbuhan China kapan pun dibandingkan diplomasi kapal perang Amerika," kata seorang warganet dengan nama akun "bummers".
Meskipun Barat beserta nilai-nilainya telah melakukan banyak hal untuk memberikan kebebasan, kemakmuran, dan stabilitas bagi masyarakat selama puluhan tahun, Bertrand menyampaikan bahwa ada kemungkinan Barat semakin kehilangan arah.
Sebagai perbandingan, lanjutnya, sistem China menjadi semakin baik dalam banyak hal untuk memberikan stabilitas, kemakmuran, dan bahkan kebebasan bagi rakyatnya.
Dia juga menyebut pencapaian luar biasa China dalam pengentasan kemiskinan. Dia mengatakan bahwa pencapaian tersebut mengarah pada pengurangan kemiskinan terbesar dan tercepat di dunia serta memberikan kebebasan pribadi bagi banyak orang sebagai hasilnya.
Pada tahun 2021, China mendeklarasikan penghapusan kemiskinan absolut setelah mengentaskan hampir 100 juta warga pedesaan dari kemiskinan selama delapan tahun sebelumnya.
Mengutip data statistik Biro Sensus AS, Bertrand mengatakan bahwa 6 persen warga AS hidup dalam kemiskinan mendalam. Dia menambahkan sebuah survei menemukan 25 persen dari populasi AS khawatir apakah mereka memiliki uang untuk membeli makanan.
Orang-orang itu tidak benar-benar bebas, menurut Bertrand, karena kemiskinan merupakan antitesis dari kebebasan.
Dia juga mengutip sebuah studi Universitas Harvard selama 13 tahun yang menunjukkan bahwa 93 persen warga China puas dengan kinerja pemerintah pusat. Sementara itu, sebaliknya, hanya 20 persen responden AS yang percaya pada pemerintah mereka.
Dalam periode tahun 2014 hingga 2021, China telah menginvestasikan 14 triliun yuan untuk mengentaskan rakyatnya dari kemiskinan; sedangkan AS menggelontorkan dana dengan jumlah yang sama untuk berperang di Timur Tengah dan Afghanistan, papar Bertrand.
"Sistem China yang menekankan kebebasan kritis, stabilitas jangka panjang, dan investasi yang tak tergoyahkan pada dirinya sendiri telah menunjukkan kemampuannya untuk memberikan pendekatan yang lebih holistik terhadap kesejahteraan masyarakat. Sistem China memberikan stabilitas, kemakmuran, dan bahkan kebebasan yang lebih besar secara keseluruhan," ujarnya.
Bertrand juga menampik beragam tudingan soal pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Xinjiang. Menurutnya, larangan AS terkait ekspor dari Xinjiang hanya akan semakin melukai masyarakat Uighur.
Tidak ada satu pun negara mayoritas Muslim yang mendukung klaim Barat terhadap China terkait Xinjiang, tutur Bertrand. Bahkan, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) melontarkan apresiasi atas kepedulian Pemerintah China terhadap warga Muslim di negara tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023