Ballia (ANTARA) - Seorang pendeta Hindu di India utara pada Rabu mengatakan jumlah jenazah yang dibawa ke krematorium di tepi Sungai Gangga meningkat dua kali lipat dalam sepekan terakhir akibat gelombang panas yang melanda beberapa bagian negara itu.
"Situasi di sini berubah dalam empat hingga lima hari terakhir. Jumlah jenazah yang datang mencapai 25 hingga 30 dan orang-orang di sini kepanasan siang dan malam," ujar pendeta Rajesh Pandey, yang melakukan upacara untuk jenazah di krematorium.
Kepala pengawas medis Ballia, S.K. Yadav, mengkonfirmasi lonjakan rawat inap di rumah sakit distrik utama dan mengatakan penyelidikan sedang dilakukan untuk menentukan penyebab kematian.
"Pasien yang datang ke sini sudah memiliki beberapa kondisi komorbiditas dan berada dalam stadium akhir," kata Yadav, tanpa menyebutkan jumlah kematian yang pasti.
Surat kabar Indian Express mengabarkan bahwa rumah sakit tersebut telah mencatat setidaknya 80 kematian sejak 15 Juni karena suhu panas yang melonjak hingga hampir 45 derajat Celcius di wilayah tersebut, sebelum awan mendung yang menurunkan suhu datang pada Rabu.
Kematian di Ballia telah memicu perselisihan karena pemerintah negara bagian Uttar Pradesh mengganti pejabat kesehatan distrik yang mengatakan bahwa kasus kematian itu disebabkan oleh panas.
Pada Rabu, para pasien yang lemas terbaring di depan kipas pendingin di bangsal rumah sakit yang penuh sesak.
Brijesh Yadav (28) mengatakan dia membawa kakeknya yang berusia 85 tahun ke rumah sakit pada Selasa (20/6) setelah dia mengeluh kesulitan bernapas.
"Dokter mengatakan ini terjadi karena suhu panas," katanya.
Kepala Menteri Yogi Adityanath telah mengarahkan para pejabat untuk menghindari pemadaman listrik yang tidak perlu dan menambah listrik tambahan jika diperlukan.
Di negara bagian Bihar, setidaknya 50 orang tewas karena penyakit yang disebabkan oleh hawa panas, menurut laporan dari NDTV. Pejabat pemerintahan Bihar tidak menanggapi panggilan telepon.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), India rata-rata mengalami lima hingga enam peristiwa gelombang panas setiap tahun di bagian utara antara Maret dan Juni dan terkadang hingga Juli,
Sebuah studi oleh para peneliti Universitas Cambridge menemukan bahwa gelombang panas yang mematikan, yang dipicu oleh perubahan iklim, pada tahun 2022 membuat hampir 90 persen penduduk India lebih rentan terhadap masalah kesehatan masyarakat, kekurangan pangan, dan peningkatan risiko kematian.
Sumber: Reuters
Baca juga: Panas ekstrim di India sebabkan 98 orang meninggal
Baca juga: India tutup sejumlah sekolah karena suhu panas
Baca juga: Suhu kota di India sampai 51 derajat Celcius
Penerjemah: Resinta Sulistiyandari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023