Lahore, Pakistan (ANTARA News) - Polisi Pakistan hari Jumat menangkap pemimpin sebuah kelompok garis keras Sunni yang mengaku bertanggung jawab atas sejumlah serangan bom mematikan akhir-akhir ini di kota Quetta dengan sasaran Syiah, kata sejumlah pejabat.

Malik Ishaq, pemimpin kelompok terlarang Lashkar-e-Jhangvi (LJ), ditangkap di rumahnya di kota Rahim Yar Khan, Pakistan tengah, dan dimasukkan ke penjara setempat.

"Malik Ishaq ditangkap sesuai dengan aturan Pemeliharaan Ketertiban Umum (MPO) atas perintah dari pemerintah provinsi Punjab," kata Tanveer Ahmad, seorang polisi senior di Rahim Yar Khan, kepada AFP.

Penangkapan itu dilakukan setelah dua pemboman mematikan di Quetta, Pakistan selatan, dalam beberapa pekan terakhir ini dengan sasaran minoritas Syiah Hazara menyulut protes, yang membuat pemerintah segera berjanji menangkap mereka yang bertanggung jawab.

Sabtu pekan lalu, 89 orang tewas dalam serangan bom, sementara 92 orang tewas dalam serangan di sebuah tempat bilyar Hazara pada 10 Januari. Lashkar-e-Jhangvi (LJ) mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan itu.

Seorang juru bicara pemerintah Liga Muslim Pakistan (Nawaz) yang berkuasa di Punjab, Pervaiz Rasheed, mengkonfirmasi penangkapan itu dan mengatakan, Ishaq akan ditahan selama satu bulan.

Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.

Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.

Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.

Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.

Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011.

(M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013