"Pabrik di Jawa Barat dengan produksi sekitar 200 ribu karton atau 4,8 juta botol per bulan itu sudah mulai beroperasi, sehingga secara perlahan minuman Ocha yang berasal dari teh di Jepang untuk pemasaran di Indonesia tidak lagi dipasok dari Thailand," kata Marketing Manager PT Suntory Garuda Beverage, Erwin Agustian Panigoro, di Medan, Jumat.
Dia mengatakan itu dalam acara bertemu wartawan dalam kaitan kegiatan "Caravan Event" minuman Ocha itu di Medan yang digelar sejak Jumat hingga Minggu.
Caravan Event Mirai Ocha itu dilakukan di 10 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogya, Medan dan Palembang.
Menurut dia, Mirai Ocha yang merupakan produk inovasi di industri minuman yang berasal dari Ocha-- teh tradisional khas Jepang itu mulai diluncurkan dan didistribusikan di Indonesia sejak September 2012.
"Manajemen melihat pasar Indonesia yang cukup besar sehingga membuka pabrik di dalam negeri,"katanya.
Meskipun, bahan bakunya berupa teh itu tentunya diimpor dari Jepang.
Meksi produk baru, Mirai Ocha yang dalam bahasa Jepangnya diartikan masa depan teh, pangsa pasar atau "market share"nya sudah mencapai 8 persen ditengah pertumbuhan industri minuman "ready to drink` terutama di katagori teh di Indonesia mengalami pertumbuhan cukup besar selama dua tahun terakhir atau sebesar 15 persen.
"Tahun ini, manajemen menargetkan bisa mencapai `market share` hingga 20 persen,"katanya.
Penambahan pangsa pasar yang cukup besar itu atau hingga 12 persen dari 2012 yang masih 8 persen, karena potensi pasar khusus di Sumut dinilai masih cukup besar dan manajemen juga akan menambah satu varian dari tiga rasa selama ini yakni original/asli rasa Ocha, madu dan sakura.
Peningkatan penjualan juga diyakini karena manajemen mempertahankan kualitas, katanya.
Selain itu "duta brand" Mirai Ocha, Titi Rajo Bintang yang dikenal dengan multi talentanya seperti sebagai pemain drum, guru musik dan komposer lagu untuk sountrack film juga menjadi pemicu dikenal dan disukainya Ocha yang dijual dengan harga terjangkau, kata Erwin. (E016/A023)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013