Mengolah rumput laut kering menjadi bahan sirop agar bisa dipasarkan ke luar desa....Rote Ndao (ANTARA) - Sebanyak 16 mama-mama di Desa Landu, Kabupaten Rote Ndao yang tergabung dalam kelompok masyarakat Ina Landu mengolah rumput laut kering menjadi bahan sirop agar bisa dipasarkan ke luar desa, untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa pesisir ini.
Ketua Kelompok Masyarakat Ina Landu Jermi Novi Haning saat bertemu di Desa Landu, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa, mengatakan bahwa pengolahan itu sudah dilakukan sejak 2022 lalu.
“Tetapi kami belum berani jual keluar Desa Landu, karena memang harus ada dulu izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan,” katanya pula.
Dia mengatakan bahwa pengolahan rumput laut menjadi bahan minuman sirop itu diketahui oleh mereka, setelah adanya pelatihan yang dilakukan oleh tim dari program The Arafura and Timor Seas Ecosystem Action Phase II (ATSEA-2).
Program itu didanai oleh Global Environment Facility (GEF) dan diimplementasikan oleh United Nations Development Programme (UNDP) bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Tugasnya adalah juga memberikan pencerahan kepada warga di kawasan pesisir untuk memanfaatkan potensi yang ada selain sebagai nelayan, untuk meningkatkan ekonomi sekaligus pengganti mata pencaharian .
Program fase dua yang sudah berjalan sejak tahun 2019 mencakup empat negara, yaitu Australia, Indonesia, Papua Nugini, dan Timor Leste.
Di Indonesia, ATSEA-2 berfokus di tiga wilayah kerja, yaitu Kepulauan Aru di Maluku, Merauke di Papua Selatan, dan di Kabupaten Rote Ndao, NTT.
Di Rote Ndao, ATSEA-2 berfokus pada pelatihan kepada masyarakat pesisir untuk mengelola hasil laut sebagai pendorong peningkatan ekonomi, sehingga masyarakat pesisir tidak hanya fokus pada tangkapan ikan, tetapi bisa memanfaatkan potensi lain yang ada di pesisir pantai sebagai salah sumber penghidupan.
Dia menjelaskan bahwa selama ini walaupun sudah bisa membuat sendiri sirop rumput laut itu, namun hanya digunakan untuk konsumsi dalam keluarga saja.
"Tetapi kalau ada acara-acara kami selalu siapkan sesuai dengan permintaan,” kata dia lagi.
Kepala Desa Landu Iskandar Mesah mengatakan bahwa keberadaan UNDP dan Kementerian Kelautan dan Perikanan sangat membantu masyarakat di desa tersebut.
“Nanti akan ada juga pelatihan dari ATSEA dan juga KKP untuk pengelolaan ikan kering serta rumput laut yang akan dijadikan steak,” ujar dia lagi.
Tentunya, kata dia pula, berbagai usaha tersebut diyakni mampu menambah pemasukan untuk membiayai anak yang sekolah dan pengembangan ekonomi lainnya.
Baca juga: Potensi rumput laut di NTT capai 15 juta ton
Baca juga: Petani rumput laut NTT tanyakan kelanjutan Perpres kasus Montara
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023