Namun demikian, rakyat Australia tidak mendukung pengiriman pasukan negaranya ke Taiwan, demikian temuan sebuah jajak pendapat pada Selasa.
Survei tahunan Lowy Institute mengenai sikap rakyat Australia terhadap dunia menunjukkan 82 persen responden mendukung aliansi keamanan dengan Amerika Serikat, meski tiga perempat di antaranya menyadari hal itu bakal menyeret Australia dalam perang di Asia.
Prospek konflik militer antara Amerika Serikat dan China terkait Taiwan dinilai "ancaman sangat besar" oleh 64 persen warga Australia yang disurvei. Tingkat kecemasan meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan angka dua tahun lalu. Bagi 68 persen responden, ancaman utama Australia adalah serangan siber dari negara lain.
Ryan Neelam, direktur opini publik pada lembaga think tank kebijakan luar negeri tersebut, menyebut survei tersebut menunjukkan rakyat Australia berhati-hati dalam menanggapi konflik, tetapi bersedia mendukung Taiwan tanpa harus mengirimkan pasukan negaranya ke medan tempur.
"Jika sudah menyangkut skenario spesifik di mana Taiwan dalam ancaman militer dan AS terlibat, maka rakyat Australia cenderung mengambil tindakan guna mendukung Taiwan dalam hal menerima pengungsi, menjatuhkan sanksi kepada Beijing, mengirimkan senjata dan pasokan, bahkan sampai melibatkan angkatan laut, tetapi tidak sampai mengirimkan pasukan ke medan tempur," kata dia.
Baca juga: PM Australia dukung G7 kurangi ketergantungan kepada China
80 persen responden bersedia menerima pengungsi Taiwan, 76 persen mendukung sanksi ekonomi dan diplomatik terhadap China, 64 persen mendukung "pengiriman senjata dan pasokan militer kepada pemerintah Taiwan", serta 61 persen mendukung penggunaan angkatan laut Australia untuk mencegah China memblokade Taiwan.
Namun, hasil survei menunjukkan hanya 42 persen yang mendukung tentara Australia dikirimkan ke Taiwan untuk membantu mempertahankan diri dari China.
87 persen responden mengaku khawatir China bakal bisa membangun pangkalan militer di Pasifik.
Survei juga mencerminkan hubungan yang stabil antara Australia dan China, yang merupakan mitra dagang utama. 56 persen menyatakan bahwa melanjutkan kontak diplomatik adalah kepentingan nasional Australia.
Direktur Eksekutif Lowy Institute Michael Fullilove menyatakan tingkat kepercayaan Australia di China tetap "sangat rendah" di mana hanya 15 persen yang mempercayai China telah bertindak secara bertanggung jawab di dunia.
Survei dilakukan terhadap 2.000 responden pada Maret dan 4.000 pada April.
Australia menyatakan menentang setiap upaya sepihak dalam mengubah status quo di Taiwan, sedangkan AS telah lama berpegang kepada kebijakan "ambiguitas strategis" terkait apakah akan merespons dengan kekuatan militer pulau tersebut diserang China.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese belum lam ini menyatakan Australia mendukung dialog AS dan China karena konflik di Selat Taiwan bisa menyengsarakan dunia.
Baca juga: Australia akan bantu perkuat keamanan maritim Filipina
Sumber: Reuters
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023