Jakarta (ANTARA News) - La Nyalla Mattalitti dan kawan-kawannya kembali berkantor di PSSI Senayan Jakarta, Jumat, menyusul kesepakatanyang difasilitas Menpora Roy Suryo dan Ketua KOI Rita Subowo.

La Nyalla, anggota Komite Eksekutif (EXCO) yang sebelumnya mendapatkan sanksi dan membentuk PSSI sendiri versi KLB Ancol tersebut, datang ke Kantor PSSI sekitar pukul 10.30 WIB. Mereka datang dengan rombongan dari Kantor Komite Penyelamatan Sepak Bola Indonesia (KPSI).

Ada empat anggota EXCO yang mendapat sanksi namun hanya dua yang datang ke PSSI secara bersamaan yaitu La Nyalla Mattalitti dan Erwin Dwi Budiawan. Setelah itu baru disusul Tony Aprilani dan Roberto Rouw.

La Nyalla Mattalitti dan kawan-kawan setibanya di Kantor PSSI langsung bertemu dengan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin. Hanya saja pertemuan ini tidak diikuti anggota EXCO lainnya seperti Bob Hippy dan Sihar Sitorus.

Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin menyambut baik kedatangan empat anggota EXCO yang sebelumnya membentuk KPSI atau PSSI versi KLB Ancol.

"Ini demi bangsa dan negara dan menjalankan perintah FIFA. Yang jelas saya bergembira dengan kembali bergabungnya empat anggota EXCO ini," kata Djohar Arifin Husin usai pertemuan.

Menurut dia, dengan bergabungnya empat EXCO ini diharapkan akan segera fokus membangun persepakbolaan nasional serta bisa membangun tim nasional yang lebih kuat.

Sementara itu, salah satu anggota EXCO La Nyalla Mattalitti kedatangannya ke PSSI adalah menjalankan kesepakatan yang telah dibuat di Kemenpora, 18 Februari.

"Kami hanya menjalakan kesepakatan. Yang jelas kami berempat mendukung kebijakan Pak Djohar termasuk mendukung BTN dan pelatih Luis Manuel Blanco," katanya usai bertemu Djohar Arifin Husin.

Kedatangan La Nyalla Mattalitti dan kawan-kawan ke kantor PSSI ini merupakan yang pertama setelah terjadi perselisihan dengan anggota EXCO PSSI lainnya. Lebih dari satu tahun hubungan kurang harmonis terjadi hingga ada keputusan sanksi dari Komite Etik PSSI.

Dampak perselisihan ini membuat persepakbolaan nasional terpuruk dan menjadi perhatian Konfederasi Sepak Bola Asia atau AFC maupun FIFA. Bahkan FIFA mengancam memberi sanksi bagi Indonesia jika perselisihan tidak bisa dituntaskan hingga 20 Maret.

(B016/F002)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013