Penjualan seluruh Indonesia dan luar negeri, misalnya Saudi Arabia, Hong Kong, Singapura hingga Malaysia.

Kediri (ANTARA) - Kerajinan batu perhiasan asal Pacitan, Jawa Timur banyak disukai pembeli bahkan mampu menembus pasar luar negeri.

Istianah, salah seorang perajin batu perhiasan sekaligus pemilik OG Jewelry Pacitan, Selasa, mengatakan permintaan kerajinan tangan dari batu perhiasan ini semakin bagus.

"Per bulan kami bisa produksi hingga 100 pieces. Penjualan seluruh Indonesia dan luar negeri, misalnya Saudi Arabia, Hong Kong, Singapura hingga Malaysia," katanya di Kediri.

Istianah saat pameran di Kediri tersebut mengatakan, pasar luar negeri banyak memilih dengan model simpel dengan menonjolkan kecantikan dari batu, ukuran, serta warna. Hal itu berbeda dengan kesukaan dari pasar dalam negeri yang mengutamakan kerumitan karya.

Pihaknya memang banyak bekerjasama dengan diaspora Indonesia, sehingga produk buatannya bisa menembus pasar luar negeri. Pembeli luar negeri menyukai produk Indonesia yang bisa dimanfaatkan sebagai cenderamata.

Ia mengatakan pula, dalam usaha yang dirintisnya sejak 2014 tersebut banyak suka dan duka. Terlebih lagi, saat pandemi COVID-19 melanda.

Bahkan, dirinya sempat mengurangi karyawan, karena permintaan yang turun. Namun, saat ini semua karyawan yang telah bekerja dipanggil lagi. Bahkan, saat ini bisa menambah karyawan lagi.

"Waktu pandemi turun, karena kebanyakan pengguna adalah wanita karier, yang memakai perhiasan ke luar rumah, ketika pandemi ada work from home, jadi permintaan turun bisa sampai 50 persen. Saat ini, sudah normal lagi, 100 pieces per bulan," kata dia pula.

Dia menyebut, usahanya ini memang fokus batu perhiasan khas Pacitan. Di Pacitan potensi batu alam banyak, bahkan cantik-cantik.

Ia membuat berbagai macam produk seperti bros, kalung, gelang, cincin, dan berbagai perhiasan lainnya. Seluruh produknya menggunakan batu khas Pacitan.

Menurut dia, membuat kerajinan tangan ini tidak sulit, sebab stok batu alam di Pacitan melimpah. Namun, terkadang ornamen pendukung seperti tembaga untuk merangkai batu harganya naik.

"Kalau soal bahan baku batu melimpah, namun setelah pandemi ornamen impor harganya naik. Ornamen pendukung ini yang lagi susah, harganya naik. Itu bisa up and down. Tapi, selera konsumen sering berubah, jadi kami juga harus banyak menggali kemauan konsumen seperti apa," kata dia.

Pihaknya menyebut memang terus berupaya melakukan inovasi agar produk buatannya tetap disukai konsumen. Inovasi tersebut bisa dari berbagai hal misalnya terinspirasi dari tanaman maupun hewan.

Untuk harga jual, katanya lagi, relatif terjangkau mulai Rp150 ribu hingga Rp7 juta, tergantung model dan ukuran.

Dia juga menambahkan, dukungan dari BI Kediri untuk perkembangan UMKM seperti usahanya juga bagus, seperti pelatihan yang telah digelar, hingga mengadakan pameran. Produk yang dibuatnya juga semakin dikenal.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kediri Moch. Choirur Rofiq mengatakan bahwa BI melaksanakan program pengembangan UMKM melalui tiga pilar kebijakan, yaitu korporatisasi, peningkatan kapasitas, dan perluasan akses pembiayaan guna mewujudkan UMKM yang produktif, inovatif, dan adaptif.
Baca juga: Ratusan warga Pacitan berburu batu kalsedon

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023